[:id]Belajar Hidrologi dan Konservasi untuk Pertanian di Negara Sub Tropis[:en]Belajar Hidrologi Dan Konservasi untuk Pertanian di Negara Sub Tropis[:]

[:id]Dua orang dosen Teknik Pertanian dan Biosistem (TPB), Dr. Ngadisih, M.Sc dan Rizki Maftukhah, M.Sc berkesempatan mengunjungi Austria, sebuah negara di Eropa Timur, untuk membandingkan penerapan ilmu fisika hayati, tanah, hidrologi, dan konservasi di daerah sub tropis. Pertama, kunjungan ke kebun anggur tertua di Austria. Bagaimana arah hadap lereng (slope) memegang kunci kesuksesan produksi anggur di tempat ini. Petani hanya menggunakan lereng yang menghadap ke selatan untuk bercocok tanam anggur karena lereng yang menghadap ke selatan lebih banyak menerima sinar matahari sehingga fotosintesis bisa optimal. Terasering dengan batuan digunakan sebagai upaya untuk menjaga termal tanah dan drainase untuk mendukung pertumbuhan anggur serta mengurangi laju erosi.

Kebun anggur
Terasering di Kebun Anggur

Kedua, kunjungan ke pre-Alpe. Pegunungan besar di Eropa yang membentang dari Austria dan Slovenia di timur, melalui Italia, Swiss, Liechtenstein, dan Jerman, sampai ke Perancis di barat. Pada salah satu spot pre-Alpe, diamati sebuah catchment atau sub DAS (Daerah Aliran Sungai) yang sangat peka terhadap erosi dan longsor. Hulu pre-Alpe ditutupi salju abadi, merupakan batuan, solum tanah < 50 cm. Ketika hujan terjadi maka selanjutnya menjadi aliran permukaan (surface run off) yang mengikis tanah di bagian hulu dan hilir sehingga terjadi erosi jurang. Erosi pada bagian dasar aliran, dikenal sebagai toe erosion, menjadi titik pangkal kejadian longsor. Tanaman pinus yang dibudidayakan di sepanjang aliran DAS justru memperburuk kestabilan lereng karena sistem perakaran tanaman dangkal.

Belajar Proses Pembentukan Tanah di Austria

Ketiga, belajar proses pembentukan tanah di pre-Alpe. Selain batuan induk, faktor iklim memegang peran penting dalam proses pelapukan batuan menjadi tanah di daerah sub tropis. Presiptasi di sub tropis lebih didominasi oleh salju. Presipitasi (hujan dan salju) tahunan di Austria hanya 600 mm, nilai yang sangat kecil jika dibandingkan dengan Indonesia (curah hujan 2.000 – 3.000 mm/tahun). Perbedaan suhu saat winter dan summer memegang peran penting dalam proses pembentukan tanah di sub tropis. Hujan dan kelembaban yang rendah di sub tropis menjadi penghambat bagi pertumbuhan tanaman pioneer seperti lumut. Sehingga peran vegetasi dalam proses pembentukan tanah relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah tropis.
Tertarik untuk mempelajari bidang ini sampai ke Eropa? Jika iya persiapkan segera dirimu.

Presipitasi Salju
Sub DAS pre-Alp yang Rawan Erosi dan Longsor

Kontributor: Ngadisih

Foto: Rizki Maftukhah dan Ngadisih

Editor: Murtiningrum[:en]Dua orang dosen Teknik Pertanian dan Biosistem (TPB), Dr. Ngadisih, M.Sc dan Rizki Maftukhah, M.Sc berkesempatan mengunjungi Austria, suatu negara di Eropa untuk membandingkan penerapan ilmu fisika hayati, tanah, hidrologi, dan konservasi di daerah sub tropis. Pertama, kunjungan ke kebun anggur tertua di Austria. Bagaimana arah hadap lereng (slope) memegang kunci kesuksesan produksi anggur di tempat ini. Petani hanya menggunakan lereng yang menghadap ke selatan untuk bercocok tanam anggur karena lereng yang menghadap ke selatan lebih banyak menerima sinar matahari sehingga fotosintesis bisa optimal. Terasering dengan batuan digunakan sebagai upaya untuk menjaga termal tanah dan drainase untuk mendukung pertumbuhan anggur serta mengurangi laju erosi.
Kedua, kunjungan ke pre-Alpe. Pegunungan besar di Eropa yang membentang dari Austria dan Slovenia di timur, melalui Italia, Swiss, Liechtenstein, dan Jerman, sampai ke Perancis di barat. Pada salah satu spot pre-Alpe, mengamati sebuah catchment atau sub DAS (Daerah Aliran Sungai) yang sangat peka terhadap erosi dan longsor. Hulu pre-Alpe ditutupi salju abadi, merupakan batuan, solum tanah < 50 cm. Ketika hujan terjadi maka selanjutnya menjadi aliran permukaan (surface run off) yang mengikis tanah di bagian hulu dan hilir sehingga terjadi erosi jurang. Erosi pada bagian dasar aliran, dikenal sebagai toe erosion, menjadi titik pangkal kejadian longsor. Tanaman pinus yang dibudidayakan di sepanjang aliran DAS justru memperburuk kestabilan lereng karena sistem perakaran tanaman dangkal.
Ketiga, belajar proses pembentukan tanah di pre-Alpe. Selain batuan induk, faktor iklim memegang peran penting dalam proses pelapukan batuan menjadi tanah di daerah sub tropis. Presiptasi di sub tropis lebih didominasi oleh salju. Presipitasi (hujan dan salju) tahunan di Austria hanya 600 mm, nilai yang sangat kecil jika dibandingkan dengan Indonesia (curah hujan 2.000 – 3.000 mm/tahun). Perbedaan suhu saat winter dan summer memegang peran penting dalam proses pembentukan tanah di sub tropis. Hujan dan kelembaban yang rendah di sub tropis menjadi penghambat bagi pertumbuhan tanaman pioneer seperti lumut. Sehingga peran vegetasi dalam proses pembentukan tanah relatif rendah jika dibandingkan dengan daerah tropis.
Tertarik untuk mempelajari bidang ini sampai ke Eropa? Jika iya persiapkan segera dirimu.
[:]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.