Mesin Perajang Tempe dan Pare untuk UKM Pengolahan Pangan di Selopamioro

Pendemi Covid 19 berdampak pada semua sektor kehidupan, termasuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di desa Selomapioro – Imogiri Bantul DI Yogyakarta. Pendemi berdampak positif pada UKM pengolahan pangan, karena selama WfH (work from home) dan SfH (study from home) masyarakat lebih banyak membutuhkan makanan camilan seperti aneka keripiki dan ceriping. Bu Gunarti, pelaku aneka keripik di Selopamioro menerima permintaan pasar 3x lipat selama masa Pendemi Covid 19. Produksi aneka keripik 10 kg per hari (tempe, kenikir, pare) dikerjakan oleh Bu Guntati sendiri dari jam 08.00 – 16.00. Tahapan yang membutuhkan waktu paling lama adalah pemotongan tempe dan pare menjadi irisan tipis. Bu Guntarti mencertikan bahwa waktu yang diperlukan untuk memotong tempa adalah 3 jam untuk hasil 3 kg keripik tempe. Kemudian 3 jam untuk memotong pare menjadi irisan tipis siap goreng.

Pelatihan operasi perajang tempe dan pare

Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian UGM bekerja sama dengan Yanmar Environment Sustainable Suport Asscociation (YESSA) membina UKM pengolahan pangan di Selopamioro sejak tahun 2018. Pada hari Sabtu, 13 Juni 2020 diserahkan sebuah mesin perajang tempe sekaligus pare kepada bu Gunarti. Penyerahan disertai dengan pelatihan operasi dan perawatan alat oleh Dr. Joko Nugroho, STP., M.Eng. Ketua kegiatan YESSA, Prof.Dr.Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng berharap adanya mesin perajang ini dapat peningkatan kapasitas produksi usaha bu Gunarti. Peningkatan kapasitas produksi ini juga diharapkan menambah penerima manfaat, berupa penambahan tenaga kerja pada usaha milik Bu Gunarti. Peningkatan ekonomi rumah tangga adalah tujuan akhir dari kegiatan pendampingan UKM pengolahan pangan di Selopamioro.

Hasil rajangan tempe untuk bahan keripik

Kontributor: Ngadisih
Foto: Joko NugrohoPendemi Covid 19 berdampak pada semua sektor kehidupan, termasuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di desa Selomapioro – Imogiri Bantul DI Yogyakarta. Pendemi berdampak positif pada UKM pengolahan pangan, karena selama WfH (work from home) dan SfH (study from home) masyarakat lebih banyak membutuhkan makanan camilan seperti aneka keripiki dan ceriping. Bu Gunarti, pelaku aneka keripik di Selopamioro menerima permintaan pasar 3x lipat selama masa Pendemi Covid 19. Produksi aneka keripik 10 kg per hari (tempe, kenikir, pare) dikerjakan oleh Bu Guntati sendiri dari jam 08.00 – 16.00. Tahapan yang membutuhkan waktu paling lama adalah pemotongan tempe dan pare menjadi irisan tipis. Bu Guntarti mencertikan bahwa waktu yang diperlukan untuk memotong tempa adalah 3 jam untuk hasil 3 kg keripik tempe. Kemudian 3 jam untuk memotong pare menjadi irisan tipis siap goreng.

Pelatihan operasi perajang tempe dan pare

Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian UGM bekerja sama dengan Yanmar Environment Sustainable Suport Asscociation (YESSA) membina UKM pengolahan pangan di Selopamioro sejak tahun 2018. Pada hari Sabtu, 13 Juni 2020 diserahkan sebuah mesin perajang tempe sekaligus pare kepada bu Gunarti. Penyerahan disertai dengan pelatihan operasi dan perawatan alat oleh Dr. Joko Nugroho, STP., M.Eng. Ketua kegiatan YESSA, Prof.Dr.Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng berharap adanya mesin perajang ini dapat peningkatan kapasitas produksi usaha bu Gunarti. Peningkatan kapasitas produksi ini juga diharapkan menambah penerima manfaat, berupa penambahan tenaga kerja pada usaha milik Bu Gunarti. Peningkatan ekonomi rumah tangga adalah tujuan akhir dari kegiatan pendampingan UKM pengolahan pangan di Selopamioro.

Hasil rajangan tempe untuk bahan keripik

Kontributor: Ngadisih
Foto: Joko Nugroho

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.