
Pemerintah Indonesia melihat pentingnya untuk tetap menjaga keselarasan antara pertumbuhan ekonomi dengan perbaikan lingkungan hidup melalui ekonomi hijau. Beberapa negara juga sudah mulai melangkah ke arah pembangunan berkelanjutan yang mengusung keseimbangan pilar-pilar keberlanjutan (sustainability pillars) yang meliputi aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Dalam hal tersebut, Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen nyata pembangunan berkelanjutan melalui inisiasi kebijakan pembangunan rendah karbon atau dikenal dengan Low Carbon Development Indonesia (LCDI). LCDI bertujuan untuk mendukung iklim investasi hijau, memperkuat integrasi lintas sector dalam pengambilan keputusan serta menjadikan Indonesia sebagai leader dalam pembangunan rendah karbon. Kementerian PPN/Bappenas selaku sistem integrator dan think tank organization menyusun LCDI melalui pendekatan Holistik, Integratif, Tematik, dan Spasial (HITS). Melalui pendekatan ini, potensi trade off yang terjadi selama implementasi LCDI dapat diidentifikasikan dan ditanggulangi agar target pembangunan setiap sektor tetap tercapai. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, pembangunan rendah karbon yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia memiliki elemen-elemen penting yang meliputi 1) Penelitian dan analisis berkualitas tinggi untuk menghasilkan kebijakan berbasis ilmiah yang akurat dan efektif; 2) Keterlibatan dan pembangunan konstituen yang melibatkan mitra lokal, nasional dan internasional; dan 3) Komunikasi nasional dan internasional yang melibatkan para tokoh nasional dan internasional untuk selanjutnya membuka jalan bagi investasi pendukung pembangunan rendah karbon. Elemen-elemen tersebut dilaksanakan Pemerintah Indonesia melalui kerjasama antara Kementerian PPN/Bappenas dan mitra pembangunan.
Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), yang merupakan satuan kerja di bawah Kementerian PPN/Bappenas bekerjasama dengan mitra pembangunan dari Lembaga penelitian dan universitas menyelenggarakan kegiatan Project Expose dan Lesson Learned Low Carbon Development Indonesia (LCDI) yang diselenggarakan pada tanggal 21 November 2019 di Hotel Crowne Jakarta. Salah satu mitra pembangunan ICCTF adalah Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fak. Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, yang sukses mengembangkan Pertanian Cerdas untuk penghitungan emisi gas rumah kaca di lahan pertanian. Teknologi yang dikembangkan oleh Bayu Dwi Apri Nugroho, PhD yang juga sebagai ketua tim peneliti dari DTPB tersebut akan memberikan informasi mengenai emisi gas rumah kaca yaitu gas methane (CH4) dan Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dilahan secara otomatis berdasarkan data-data sensor yang dipasang di lahan. Teknologi ini dipandang sebagai terobosan baru Selama ini penghitungan emisi gas rumah kaca masih berdasarkan data dan informasi secara manual dan perkiraan berdasarkan dosis pemupukan, jenis varietas yang ditanam, jenis yanah dan sebagainya. Teknologi yang dikembangkan Bayu dkk ini menjadi salah satu pembelajaran yang sukses dalam upaya pembangunan rendah karbon di Indonesia di bidang Pertanian, apalagi saat ini ada kebijakan bahwa setiap provinsi di Indonesia harus melaporkan pengitungan emisi gas rumah kaca di wilayah masing-masing, dimana salah satunya adalah dari sektor pertanian.
Kegiatan project expose dan lesson learned dibuka oleh Menteri PPN/Bappenas, Dr. HC. Ir. Suharso Monoarfa sekaligus memberikan keynote speech pada acara tersebut. Kemudian juga sambutan dari Duta Besar Inggris untuk Indonesia, H.E Owen Jenkins dan Duta Besar Amerika untuk Indonesia, H.E Joseph R. Donovan Jr.

Kontributor: BDAN