Bantul, 4 Juni 2025 – Memperingati Hari Ulang Tahun ke-12, Gerakan Irigasi Bersih–Merti Tirta Amartani (GIB-MTA) menyelenggarakan rangkaian kegiatan bertajuk edukasi dan aksi nyata dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan. Acara peringatan ini digelar di Aula Kapanewon Potorono, Kabupaten Bantul, dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, kelompok tani, perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), hingga Bupati Bantul beserta jajarannya.
Momentum peringatan HUT GIB-MTA juga diisi dengan berbagai kegiatan simbolis yang penuh makna, antara lain pelepasan ikan, pemecahan kendi, serta pembukaan pintu air (gejlik) oleh Bupati Bantul. Aksi-aksi ini menggambarkan komitmen bersama dalam melestarikan sumber air sebagai penopang utama kehidupan dan pertanian.
Ketua GIB, Bapak Yitno, S.T., M.T. dalam sambutannya menekankan bahwa keberhasilan pertanian sangat tergantung pada sistem irigasi yang bersih dan terpelihara. Ia mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus mendukung gerakan ini demi kemandirian pangan dan kesejahteraan petani.
Acara ini juga mendapat sambutan dari Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM yang diwakili oleh Prof. Sigit Supadmo Arif. Dalam sambutannya, Prof. Sigit menekankan pentingnya menjaga kebersihan air sebagai bentuk investasi jangka panjang untuk keberlanjutan sumber daya air di masa depan.
Sementara itu, Bupati Bantul dalam sambutannya menyampaikan bahwa air sebagai sumber daya alam harus dikelola dengan prinsip gotong royong dan keberlanjutan. “Air adalah milik negara, dikuasai oleh negara, dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Maka dari itu, marilah kita manfaatkan air ini secara gotong royong untuk mendukung pertanian di Bantul,” tegasnya.
Pemaparan Materi Workshop oleh Dr. Eng. Ansita Gupitakingkin Pradipta, S.T., M.Eng.
Dalam sesi presentasinya pada workshop peringatan HUT ke-12 Gerakan Irigasi Bersih–Merti Tirta Amartani (GIB-MTA), Dr. Eng. Ansita Gupitakingkin Pradipta, S.T., M.Eng., dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM, menekankan pentingnya pengelolaan air sebagai pilar utama dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan. Ia menyampaikan bahwa peran strategis pengelolaan sumber daya air tercermin dalam dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial, sebagaimana tercantum dalam Asta Cita nomor 2—yakni Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru.
Lebih lanjut, Dr. Ansita menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya air (SDA) merupakan suatu upaya terencana dalam menjaga, memanfaatkan, dan melindungi air sebagai komponen vital kehidupan. Prinsip-prinsip utama dalam pengelolaan SDA yang ia paparkan mencakup keberlanjutan, ramah lingkungan, integrasi lintas sektor, kepatuhan terhadap regulasi, serta prinsip solidaritas dan inklusivitas. Prinsip-prinsip ini menjadi landasan dalam membangun tata kelola air yang tidak hanya efisien, tetapi juga adil dan berkelanjutan.
Untuk mewujudkan prinsip-prinsip tersebut secara konkret, Dr. Ansita merinci lima pilar utama dalam kebijakan pengelolaan sumber daya air, yaitu:
- Konservasi Sumber Daya Air: Menjaga kualitas dan kuantitas air melalui upaya pelestarian ekosistem air untuk memastikan keberlanjutan pasokan di masa depan.
- Pendayagunaan SDA: Pemanfaatan air secara optimal dalam berbagai sektor kehidupan, seperti pertanian, industri, dan domestik, dengan memperhatikan daya dukung dan keseimbangan lingkungan.
- Pengendalian Daya Rusak Air: Strategi penanggulangan, mitigasi, dan pemulihan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh air, seperti banjir, erosi, dan longsor, guna meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat.
- Pengembangan Sistem Informasi SDA: Penguatan sistem pendataan dan pemantauan berbasis teknologi untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih akurat dan responsif terhadap potensi krisis air.
- Peningkatan Peran Serta Masyarakat: Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian dan pengelolaan air melalui edukasi, inovasi lokal, dan penerapan praktik adaptif terhadap perubahan iklim.
Mengakhiri presentasinya, Dr. Ansita menggarisbawahi urgensi membangun pertanian yang berkelanjutan berbasis tata kelola air yang kuat. “Pertanian berkelanjutan bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan untuk menjaga masa depan bumi bagi generasi mendatang,” tuturnya.
Paparan ini mempertegas bahwa pengelolaan air yang cerdas dan inklusif menjadi fondasi penting dalam menjawab tantangan global seperti krisis iklim, degradasi lahan, dan ketahanan pangan. Kegiatan ini sekaligus menjadi refleksi akan pentingnya kolaborasi antar pihak dalam mendukung praktik pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga lestari.
Workshop ini menjadi ruang strategis bagi penyatuan visi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat tani untuk mewujudkan pertanian yang tangguh dan berdaya saing. Selain menjadi bentuk refleksi atas capaian GIB-MTA selama 12 tahun, kegiatan ini juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga kelestarian air dan memperkuat ketahanan pangan daerah.
Kegiatan ini juga selaras dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), khususnya poin 6 (Akses terhadap air bersih dan sanitasi), poin 12 (Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab), dan poin 13 (Penanganan perubahan iklim). Dengan menekankan prinsip pengelolaan air yang berkelanjutan dan inklusif, kegiatan ini mendorong pembangunan yang ramah lingkungan dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat jangka panjang.
