[:id]Kelompok mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) FakultasnTeknologi Pertanian UGM meneliti Pemanfaatan Biji Salak dan Umbi Porang Sebagai Edible Coating untuk Memperpanjang Umur Simpan Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Evita Nugroho, Dian Kharisma Rahmawati, Vincentius Ferry, dan Ahmad Yumroni adalah anggota kelompok yang mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Kelompok yang mengikuti PKM pada kategori penelitian eksakta (PKM-RE) ini dibimbing oleh Dr. Sri Rahayoe, STP., MP., dosen DTPB.
Penelitian ini dilakukan guna memperpanjang umur simpan produk hortikultura dengan mengaplikasikan edible coating. Edible coating itu sendiri merupakan suatu lapisan tipis yang diaplikasikan pada makanan dan terbuat dari bahan yang dapat dikonsumsi. Lapisan ini dapat berfungsi sebagai barrier atau pelindung agar produk tidak kehilangan kelembaban, bersifat permeabel terhadap gas-gas tertentu, serta mampu mengontrol migrasi komponen-komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen dan komposisi nutrisi sayuran. Edible coating dapat tersusun oleh berbagai macam bahan, misalnya hidrokoloid yang biasa ditemukan pada akar, biji, buah dan umbi. Salah satu contoh hidrokoloid adalah glukomanan yang terkandung dalam umbi porang dan biji salak. Kedua bahan inilah yang digunakan sebagai bahan baku penelitian kami.
Umbi porang adalah gulma yang akhir-akhir ini populer dibudidayakan oleh masyarakat. Gulma ini dapat menyebabkan iritasi bila dikonsumsi, karenanya umbi porang perlu diekstrak terlebih dahulu sebelum digunakan. Adapun kandungan dalam umbi porang yang dapat membentuk gel bila dilarutkan dalam air. Inilah sebabnya umbi porang sering dijadikan bahan jelly serta cocok untuk dijadikan edible coating. Selain umbi porang, digunakan pula biji salak yang merupakan limbah dari industri pengolahan salak seperti manisan, keripik, dan dodol salak. Biji dari buah salak ini biasanya hanya dibuang sehingga sia-sia. Sebagai limbah, tentunya biji salak ini memiliki nilai ekonomis yang rendah kurang menguntungkan. Karenanya, kami menciptakan inovasi edible coating menggunakan biji salak yang mana dapat memperpanjang umur produk agrikultur.
Edible coating ini diaplikasikan pada tanaman cabai yang merupakan salah satu komoditas favorit di masyarakat. Rasa pedas yang disebabkan oleh kandungan capcasium pada cabai inilah yang dicari-cari oleh masyarakat. Namun, harga komoditas ini fluktuatif akibat daya simpannya yang relatif singkat. Selain itu, kondisi cabai sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Ketika ketersediaan cabai di pasaran rendah maka harganya meningkat, dan mengakibatkan kegemparan di masyarakat.
Kontributor: Evita
[:en]Kelompok mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) FakultasnTeknologi Pertanian UGM meneliti Pemanfaatan Biji Salak dan Umbi Porang Sebagai Edible Coating untuk Memperpanjang Umur Simpan Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Evita Nugroho, Dian Kharisma Rahmawati, Vincentius Ferry, dan Ahmad Yumroni adalah anggota kelompok yang mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan Nasional. Kelompok yang mengikuti PKM pada kategori penelitian eksakta (PKM-RE) ini dibimbing oleh Dr. Sri Rahayoe, STP., MP., dosen DTPB.
Penelitian ini dilakukan guna memperpanjang umur simpan produk hortikultura dengan mengaplikasikan edible coating. Edible coating itu sendiri merupakan suatu lapisan tipis yang diaplikasikan pada makanan dan terbuat dari bahan yang dapat dikonsumsi. Lapisan ini dapat berfungsi sebagai barrier atau pelindung agar produk tidak kehilangan kelembaban, bersifat permeabel terhadap gas-gas tertentu, serta mampu mengontrol migrasi komponen-komponen larut air yang dapat menyebabkan perubahan pigmen dan komposisi nutrisi sayuran. Edible coating dapat tersusun oleh berbagai macam bahan, misalnya hidrokoloid yang biasa ditemukan pada akar, biji, buah dan umbi. Salah satu contoh hidrokoloid adalah glukomanan yang terkandung dalam umbi porang dan biji salak. Kedua bahan inilah yang digunakan sebagai bahan baku penelitian kami.
Umbi porang adalah gulma yang akhir-akhir ini populer dibudidayakan oleh masyarakat. Gulma ini dapat menyebabkan iritasi bila dikonsumsi, karenanya umbi porang perlu diekstrak terlebih dahulu sebelum digunakan. Adapun kandungan dalam umbi porang yang dapat membentuk gel bila dilarutkan dalam air. Inilah sebabnya umbi porang sering dijadikan bahan jelly serta cocok untuk dijadikan edible coating. Selain umbi porang, digunakan pula biji salak yang merupakan limbah dari industri pengolahan salak seperti manisan, keripik, dan dodol salak. Biji dari buah salak ini biasanya hanya dibuang sehingga sia-sia. Sebagai limbah, tentunya biji salak ini memiliki nilai ekonomis yang rendah kurang menguntungkan. Karenanya, kami menciptakan inovasi edible coating menggunakan biji salak yang mana dapat memperpanjang umur produk agrikultur.
Edible coating ini diaplikasikan pada tanaman cabai yang merupakan salah satu komoditas favorit di masyarakat. Rasa pedas yang disebabkan oleh kandungan capcasium pada cabai inilah yang dicari-cari oleh masyarakat. Namun, harga komoditas ini fluktuatif akibat daya simpannya yang relatif singkat. Selain itu, kondisi cabai sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Ketika ketersediaan cabai di pasaran rendah maka harganya meningkat, dan mengakibatkan kegemparan di masyarakat.
Kontributor: Evita[:]