YOGYAKARTA- Sebagai penghasil biji kakao terbesar kelima di dunia versi International Cocoa Organization (ICCO) tahun 2018, Indonesia berpotensi menjadi produsen cokelat berkualitas. Sayangnya, hal tersebut belum kunjung menjadi prioritas akibat masih banyak kendala yang dihadapi para petani kakao maupun Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan cokelat.
Beranjak dari fenomena tersebut, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta terpanggil untuk melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa pendampingan dan pelatihan pengolahan cokelat bean to bar di Griya Cokelat, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.
Griya Coklat Nglanggeran merupakan rumah produksi cokelat yang dijalankan oleh ibu-ibu setempat yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Purba Rasa (KUBE PURBA RASA). Produk utamanya antaralain adalah minuman bubuk cokelat, dodol cokelat, pisang salut cokelat, dan bakpia cokelat. Produk olahan Griya Nglanggeran memiliki keunggulan karena bahan bakunya berasal dari kebun sendiri. Masyarakat setempat pun ikut berkonstribusi aktif dalam usaha pembibitan, penanaman, panen hingga pengolahan yang semakin memperkokoh keberlanjutan usaha bersama ini. Sayangnya, salah satu turunan produk paling favorit berupa cokelat batang belum dapat dibuat sepenuhnya di Griya Cokelat akibat keterbatasan teknologi berupa alat dan mesin.
Saat ini, cokelat batang yang khusus diproduksi menggunakan biji kakao dari daerah tertentu kian mengalami peningkatan popularitas. Cokelat batang jenis ini dikenal sebagai cokelat bean to bar atau cokelat single origin. Produksinya berlangsung secara ekslusif mulai dari fermentasi, pengeringan, penyangraian hingga pembuatan cokelat, dan dapat dilakukan bahkan dalam sekala kecil (2-4 kg).
Keberadaan cokelat bean to bar sebagai souvenir lengkap dengan story tellingnya dapat semakin mengangkat potensi ekowisata Desa Nglanggeran sebagai sentra produksi kakao-cokelat. Sehingga, keberadaan mesin/peralatan untuk memproduksi cokelat jenis ini dinilai akan mendukung upaya tersebut.
Pendampingan pengolahan cokelat bean to bar oleh Tim Pengabdian beranggotakan Arifin Dwi Saputro, STP, M.Sc., Ph.D., Dr. Radi, STP, M.Eng., dan Redika Ardi Kusuma, S.T.P., M.Si. bersama narasumber luar Arima Diah Setiowati, S.T.P., M.Sc., Ph.D. pada tanggal 19 September 2020 dilakukan sebagai upaya mendukung wisata edukasi berbasis tanaman kakao yang sudah mulai dirintis di Desa Nglanggeran.
Ketua Tim, Dr. Arifin Dwi Saputro, mengutarakan kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu Griya Cokelat Nglanggeran melengkapi produknya, berupa cokelat bean to bar, yang selama ini belum mampu diproduksi secara baik. Di samping itu, pemberian media edukasi berupa poster dan video pengolahan cokelat diharapkan dapat menambah daya tarik Griya cokelat Nglanggeran sebagai tempat tujuan wisata edukasi kakao. Lebih lanjut, kegiatan ini diharapkan dapat berdampak secara langsung terhadap perbaikan ekonomi masyarakat nantinya.
Sugeng Handoko, tokoh pemuda inisiator di banyak aktifitas pengembangan desa Nglanggeran sekaligus manager Griya cokelat menyampaikan bahwa pendampingan ini sangatlah bermanfaat. Melalui kegiatan ini, Griya cokelat juga terbantu untuk lebih memahami cara mengolah biji kakao menjadi cokelat bermutu tinggi. Penempatan unit pengolahan cokelat skala kecil di Griya Cokelat juga dapat menjadi atraksi yang menarik untuk pengunjung.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung selama 6 bulan dimulai secara efektif sejak Bulan Mei dan direncanakan selesai pada Bulan Oktober 2020. Dalam kegiatan ini, Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM juga memberikan bantuan teknologi tepat guna berupa mesin melanger, pengondisi udara ruang produksi, peralatan cetak cokelat batangan, dan desain kemasan.
“Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilaksanakan tidak terlepas dari dukungan pendanaan yang diberikan oleh Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Gadjah Mada,” imbuh Dr. Arifin
Kontributor: Redika Ardi Kusuma