Keikutsertaan Dosen Teknik Pertanian dan Biosistem Pada Pelatihan Budidaya dan Pengolahan Kakao oleh PUSLITKOKA

[:id]Dosen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM mengikuti Pelatihan Budidaya dan Pengolahan Kakao oleh PUSLITKOKA yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Pelatihan dilaksanakan secara daring melalui Zoom pada tanggal 29 Oktober 2021 pada pukul 08.30 – 16.30 WIB, diikuti oleh sepuluh orang dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB), Dr. Rudiati Evi Masithoh STP., M.Dev.Tech., Aryanis Mutia Zahra, S.TP., M.Si., Dr. Ir. Nursigit Bintoro, M.Sc., Dr. Radi, STP., M.Eng., Arifin Dwi Saputro, STP., M.Sc., Ph.D., Prof. Dr.Ir. Lilik Sutiarso. M.Eng., Bayu Nugraha, S.T.P., M.Sc., Ph.D., Dr. Sri Rahayoe, STP., M.Sc., Dr. Prieskarinda Lestari, ST., dan Dr. Devi Yuni Susanti, STP., M.Sc. Pelatihan ini merupakan bagian dari implementasi Program Kompetisi Kampus Merdeka (PK-KM) terkait dengan pengembangan diri dosen.

Pemaparan trainer

Pembukaan pelatihan dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng., beliau menyampaikan bahwa departemen sangat menyambut hubungan baik antara departemen dan puslitkoka dan berharap bahwa kerjasama ini akan berlanjut pada program-program lain. Prof. Lilik menambahkan bahwa pelatihan ini sebagai salah satu target dalam Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yakni dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan yang lebih mendalam kepada dosen TPB terkait dengan budidaya dan pascapanen kakao. Prof. Lilik juga menyampaikan bahwa bapak ibu dosen peserta diharapkan dapat memahami kebidangan pengetahuan tentang kakao cokelat secara komprehensif dari hulu ke hilir melalui pelatihan. Kepala subbag pelatihan dan perpustakaan, Dr. Fitria Ardiyani, SP., MP., selaku perwakilan Puslitkoka mengucapkan terima kasih kepada bapak ibu dosen TPB yang memberikan kepercayaan dan menjalin kerjasama antara puslitkoka dan departemen, beliau juga mengenalkan pemateri yang akan memfasilitas pelatihan. Dr. Fitria membuka acara pelatihan dan menyambut baik diskusi yang membangun dari pagi hingga sore selama pelatihan berlangsung.

Materi pertama disampaikan oleh Fakhrusy Zakaryya, SP., M.Sc., yang merupakan Peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dengan bidang keahlian Agronomi – Fisiologi Tanaman. Beliau membuka pelatihan dengan materi pertama tentang teknologi budidaya kakao sesuai GAP (Good Agricultural Practices). Pak Rossy menyampaikan bahwa kakao ditemukan di sekitar sungai amazon, oleh karena itu dalam budidayanya perlu modifikasi sesuai dengan lingkungan asli. Permasalahan produktivitas rendah, dapat diatasi dengan penggunaan tanaman unggul, peremajaan atau rehabilitasi tanaman serta implementasi Good Agricultural Practices. GAP yang perlu diimplementasi yakni penggunaan varietas toleran, konservasi air, manajemen kelembaban air, siklus organic tertutup, dan manajemen hama. Selain itu, perlu pendampingan untuk meningkatkan skill petani khususnya dalam penerapan GAP tersebut. Semuanya bertujuan untuk perkembangan kakao unggul dengan produktivitas tinggi, tahan hama. dan adaptif terhadap perubahan iklim.
Inovasi yang dikembangkan puslitkoka yakni bahan tanam kakao mulia, bahan tanam klonal, hibrida unggul OSC dan PCC. Rehabilitasi tanaman dengan cara sambung atau pucuk juga dilakukan Puslitkoka. Dalam hal mitigasi perubahan iklim, teknologi naungan, pemberian bahan organik, konservasi tanah, pemupukan, dan irigasi dapat diterapkan. Diversifikasi tanaman dan Implementasi integrated farming system dapat digunakan, karena kakao memiliki titik jenuh terhadap cahaya sehingga dapat mengoptimalkan penaung dan meningkatkan diversifikasi sumber pemasukan. Early Warning System diperlukan sebagai langkah dalam pengendalian OPT Dini. Terakhir, dukungan mekanisasi untuk efisiensi sangat dibutuhkan, seperti mesin gunting untuk rehabilitasi tanaman.

Pemaparan trainer

Materi kedua disampaikan oleh Aris Budiman, SP., M.Si. yang merupakan salah satu anggota peneliti yang berkaitan dengan proteksi tanaman, beliau menyampaikan materi tentang Pengenalan hama dan penyakit tanaman kakao. OPT pada tanaman kakao yakni ada dua, pertama adalah hama memiliki ciri datang dan pergi, makroskopis, gejala penyakitnya bersifat fisik, sementara yang kedua yakni penyakit disebabkan oleh mikroorganisme yang didominasi oleh jamur. OPT utama pada kakao di Indonesia yakni penyakit busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytoptora palmivora yang memiliki flagella sehingga dapat bergerak menyebar menyebabkan gejala buah memiliki bercak, serta daun membusuk, menggulung, dan basah. Phytoptora. Pencegahan dengan fungisida kontak, untuk pengendalian yakni sanitasi dan pengaturan kelembababan kebun. Pada serangan hama lebih utama menyerang buah, untuk pengendalian hama digunakan system peringatan dini menggunakan pestisida sebagai pengendalian kimiawi atau menggunakan pengendalian biologis yang bersifat jangka panjang dan sustainable yakni adanya predator seperti semut, parasitoid, dan pemanfaatan pathogen dari serangga. Pada dasarnya sebagai pengendalian yakni dengan implementasi pengendalian hama terpadu untuk jangka pendek, kemduian menggunakan bahan tanam dan agensi hayati untuk jangka panjang.

Pemaparan trainer

Materi ketiga disampaikan oleh Niken Puspita Sari, SP. yang merupakan peneliti muda terkait Fertilitas Tanah, beliau menyampaikan tentang persiapan lahan, tanah, dan pemupukan. Penilaian kelas lahan didasarkan pada tolak ukur iklm dan lahan, diukur dengan faktor kesesuaian paling rendah pada tiap kondisinya. Pada tahap persiapan lahan perlu dilakukan kegiatan yakni pembersihan lahan, pembuatan teras untuk kondisi lahan yang miring (>8%), penanaman penaung, ajir lubang tanam, serta pembuatan dan penutupan lubang tanam. Pada pembersihan lahan dilakukan dengan tujuan membersihkan gulma, tanaman liar, dan persiapan yang dilakukan sebelum ajir lubang untuk tanaman penaung. Selanjutnya dibutuhkan proses pembuatan teras yang merupakan salah satu bagian dari konservasi tanah dan air untuk mencegah erosi. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil kemiringan lereng dan mempermudah pengelolaan tanah. Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk mempersiapkan kondisi media tanah bagi bibit kakao dengan cara fisik maupun kimia, car aini dilakukan dengan cara membuat galian tanah dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dengan galian yang dibuat 3-6 bulan menjelang penanaman. Terakhir, penanaman kakao dilakukan pada awal musim hujan dengan pohon naungan yang berfungsi dengan baik yakni dengan intensitas cahaya langsung sebesar 30-50%. Pada tahap pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman terhadap lingkungan, memenuhi kebutuhan hara sehingga meningkatkan produksi dan mutu hasil, serta mempertahankan stabilitas produksi pada taraf yang cukup tinggi. Pemupukan yang kurang, maka kualitas biji dan produktivitas pada akhirnya akan menurun.

Pemaparaan trainer

Materi terakhir disampaikan oleh Ariza Budi Tunjungsari, S.TP., M.Si. yang merupakan peneliti muda terkait Teknologi Pascapanen, beliau menyampaikan tentang pengolahan hulu dan hilir kakao. Proses penting dalam pengolahan kakao adalah difermentasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas. Mekanims yang terjadi saat difermentasi adalah berupa anaerobik sebagai fase pertama, fase ini terjadi sebelum dilakukan pengadukan dengan dominasi golongan yeast yang mendegradasi sukrosa dan pektin dari pulp sehingga meluruh, selanjutnya akan dimulailah fase mikro anaerobik sehingga dihasilkan asam laktat yang baik untuk bakteri asam asetat. Bakteri asam asetat akan menghasilkan asam asetat pada fase aerobik dengan adanya pengadukan. Asam asetat sangat baik untuk kualitas biji kakao, karena jika asam laktat tidak dikonversi maka akan memerlukan proses alkalisasi pada pengolahannya. Proses fermentasi akan menghasilkan prekursor citarasa dan aroma, selain itu akan mengubah warna dari biji kakao. Prekursor tersebut akan diubah menjadi citarasa penting pada kakao (Pyrazines, 3-methylbutanal, dan Linalool) melalui proses roasting, penyangraian menjadi penting juga karena bertujuan untuk menghasilkan kadar air sesuai standar.

Acara ditutup dengan pemberian kesan dan pesan oleh bapak dan ibu dosen TPB terhadap pelatihan yang diselenggarakan oleh Puslitkoka. Dr. Arifin menyampaikan bahwa materi yang diberikan oleh puslitkoka sangatlah komprehensif, materi yang disampaikan sangat penting dalam menambah wawasan untuk bekal bagi bapak dan ibu dosen dalam membuat banyak program terkait kakao. Dr. Fitria menutup acara pelatihan budidaya dan pengolahan kakao, Puslitkoka sangat menyambut baik bapak dan ibu dosen untuk dapat berkunjung di Puslitkoka untuk melihat dan melakukan praktik secara langsung GAP yang dilakukan. Beliau juga menyampaikan bahwa Puslitkoka sangat menunggu kerjasama lanjutan yang baik dari departemen baik PKKM maupun program-program lainnya.

Tangkapan layar peserta pelatihan

 

Kontributor: Aryanis Mutia[:en]Dosen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM mengikuti Pelatihan Budidaya dan Pengolahan Kakao oleh PUSLITKOKA yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Pelatihan dilaksanakan secara daring melalui Zoom pada tanggal 29 Oktober 2021 pada pukul 08.30 – 16.30 WIB, diikuti oleh sepuluh orang dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB), Dr. Rudiati Evi Masithoh STP., M.Dev.Tech., Aryanis Mutia Zahra, S.TP., M.Si., Dr. Ir. Nursigit Bintoro, M.Sc., Dr. Radi, STP., M.Eng., Arifin Dwi Saputro, STP., M.Sc., Ph.D., Prof. Dr.Ir. Lilik Sutiarso. M.Eng., Bayu Nugraha, S.T.P., M.Sc., Ph.D., Dr. Sri Rahayoe, STP., M.Sc., Dr. Prieskarinda Lestari, ST., dan Dr. Devi Yuni Susanti, STP., M.Sc. Pelatihan ini merupakan bagian dari implementasi Program Kompetisi Kampus Merdeka (PK-KM) terkait dengan pengembangan diri dosen.

Pemaparan trainer

Pembukaan pelatihan dilakukan oleh Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng., beliau menyampaikan bahwa departemen sangat menyambut hubungan baik antara departemen dan puslitkoka dan berharap bahwa kerjasama ini akan berlanjut pada program-program lain. Prof. Lilik menambahkan bahwa pelatihan ini sebagai salah satu target dalam Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yakni dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan yang lebih mendalam kepada dosen TPB terkait dengan budidaya dan pascapanen kakao. Prof. Lilik juga menyampaikan bahwa bapak ibu dosen peserta diharapkan dapat memahami kebidangan pengetahuan tentang kakao cokelat secara komprehensif dari hulu ke hilir melalui pelatihan. Kepala subbag pelatihan dan perpustakaan, Dr. Fitria Ardiyani, SP., MP., selaku perwakilan Puslitkoka mengucapkan terima kasih kepada bapak ibu dosen TPB yang memberikan kepercayaan dan menjalin kerjasama antara puslitkoka dan departemen, beliau juga mengenalkan pemateri yang akan memfasilitas pelatihan. Dr. Fitria membuka acara pelatihan dan menyambut baik diskusi yang membangun dari pagi hingga sore selama pelatihan berlangsung.

Pemaparan trainer

Materi pertama disampaikan oleh Fakhrusy Zakaryya, SP., M.Sc., yang merupakan Peneliti Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dengan bidang keahlian Agronomi – Fisiologi Tanaman. Beliau membuka pelatihan dengan materi pertama tentang teknologi budidaya kakao sesuai GAP (Good Agricultural Practices). Pak Rossy menyampaikan bahwa kakao ditemukan di sekitar sungai amazon, oleh karena itu dalam budidayanya perlu modifikasi sesuai dengan lingkungan asli. Permasalahan produktivitas rendah, dapat diatasi dengan penggunaan tanaman unggul, peremajaan atau rehabilitasi tanaman serta implementasi Good Agricultural Practices. GAP yang perlu diimplementasi yakni penggunaan varietas toleran, konservasi air, manajemen kelembaban air, siklus organic tertutup, dan manajemen hama. Selain itu, perlu pendampingan untuk meningkatkan skill petani khususnya dalam penerapan GAP tersebut. Semuanya bertujuan untuk perkembangan kakao unggul dengan produktivitas tinggi, tahan hama. dan adaptif terhadap perubahan iklim.

Inovasi yang dikembangkan puslitkoka yakni bahan tanam kakao mulia, bahan tanam klonal, hibrida unggul OSC dan PCC. Rehabilitasi tanaman dengan cara sambung atau pucuk juga dilakukan Puslitkoka. Dalam hal mitigasi perubahan iklim, teknologi naungan, pemberian bahan organik, konservasi tanah, pemupukan, dan irigasi dapat diterapkan. Diversifikasi tanaman dan Implementasi integrated farming system dapat digunakan, karena kakao memiliki titik jenuh terhadap cahaya sehingga dapat mengoptimalkan penaung dan meningkatkan diversifikasi sumber pemasukan. Early Warning System diperlukan sebagai langkah dalam pengendalian OPT Dini. Terakhir, dukungan mekanisasi untuk efisiensi sangat dibutuhkan, seperti mesin gunting untuk rehabilitasi tanaman.

Pemaparan trainer

Materi kedua disampaikan oleh Aris Budiman, SP., M.Si. yang merupakan salah satu anggota peneliti yang berkaitan dengan proteksi tanaman, beliau menyampaikan materi tentang Pengenalan hama dan penyakit tanaman kakao. OPT pada tanaman kakao yakni ada dua, pertama adalah hama memiliki ciri datang dan pergi, makroskopis, gejala penyakitnya bersifat fisik, sementara yang kedua yakni penyakit disebabkan oleh mikroorganisme yang didominasi oleh jamur. OPT utama pada kakao di Indonesia yakni penyakit busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phytoptora palmivora yang memiliki flagella sehingga dapat bergerak menyebar menyebabkan gejala buah memiliki bercak, serta daun membusuk, menggulung, dan basah. Phytoptora. Pencegahan dengan fungisida kontak, untuk pengendalian yakni sanitasi dan pengaturan kelembababan kebun. Pada serangan hama lebih utama menyerang buah, untuk pengendalian hama digunakan system peringatan dini menggunakan pestisida sebagai pengendalian kimiawi atau menggunakan pengendalian biologis yang bersifat jangka panjang dan sustainable yakni adanya predator seperti semut, parasitoid, dan pemanfaatan pathogen dari serangga. Pada dasarnya sebagai pengendalian yakni dengan implementasi pengendalian hama terpadu untuk jangka pendek, kemduian menggunakan bahan tanam dan agensi hayati untuk jangka panjang.

Materi ketiga disampaikan oleh Niken Puspita Sari, SP. yang merupakan peneliti muda terkait Fertilitas Tanah, beliau menyampaikan tentang persiapan lahan, tanah, dan pemupukan. Penilaian kelas lahan didasarkan pada tolak ukur iklm dan lahan, diukur dengan faktor kesesuaian paling rendah pada tiap kondisinya. Pada tahap persiapan lahan perlu dilakukan kegiatan yakni pembersihan lahan, pembuatan teras untuk kondisi lahan yang miring (>8%), penanaman penaung, ajir lubang tanam, serta pembuatan dan penutupan lubang tanam. Pada pembersihan lahan dilakukan dengan tujuan membersihkan gulma, tanaman liar, dan persiapan yang dilakukan sebelum ajir lubang untuk tanaman penaung. Selanjutnya dibutuhkan proses pembuatan teras yang merupakan salah satu bagian dari konservasi tanah dan air untuk mencegah erosi. Hal tersebut bertujuan untuk memperkecil kemiringan lereng dan mempermudah pengelolaan tanah. Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk mempersiapkan kondisi media tanah bagi bibit kakao dengan cara fisik maupun kimia, car aini dilakukan dengan cara membuat galian tanah dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm dengan galian yang dibuat 3-6 bulan menjelang penanaman. Terakhir, penanaman kakao dilakukan pada awal musim hujan dengan pohon naungan yang berfungsi dengan baik yakni dengan intensitas cahaya langsung sebesar 30-50%. Pada tahap pemupukan bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan daya tahan tanaman terhadap lingkungan, memenuhi kebutuhan hara sehingga meningkatkan produksi dan mutu hasil, serta mempertahankan stabilitas produksi pada taraf yang cukup tinggi. Pemupukan yang kurang, maka kualitas biji dan produktivitas pada akhirnya akan menurun.

Pemaparaan trainer

Materi terakhir disampaikan oleh Ariza Budi Tunjungsari, S.TP., M.Si. yang merupakan peneliti muda terkait Teknologi Pascapanen, beliau menyampaikan tentang pengolahan hulu dan hilir kakao. Proses penting dalam pengolahan kakao adalah difermentasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas. Mekanims yang terjadi saat difermentasi adalah berupa anaerobik sebagai fase  pertama, fase ini terjadi sebelum dilakukan pengadukan dengan dominasi golongan yeast yang mendegradasi sukrosa dan pektin dari pulp sehingga meluruh, selanjutnya akan dimulailah fase mikro anaerobik sehingga dihasilkan asam laktat yang baik untuk bakteri asam asetat. Bakteri asam asetat akan menghasilkan asam asetat pada fase aerobik dengan adanya pengadukan. Asam asetat sangat baik untuk kualitas biji kakao, karena jika asam laktat tidak dikonversi maka akan memerlukan proses alkalisasi pada pengolahannya. Proses fermentasi akan menghasilkan prekursor citarasa dan aroma, selain itu akan mengubah warna dari biji kakao. Prekursor tersebut akan diubah menjadi citarasa penting pada kakao (Pyrazines, 3-methylbutanal, dan Linalool) melalui proses roasting, penyangraian menjadi penting juga karena bertujuan untuk menghasilkan kadar air sesuai standar.

 

Acara ditutup dengan pemberian kesan dan pesan oleh bapak dan ibu dosen TPB terhadap pelatihan yang diselenggarakan oleh Puslitkoka. Dr. Arifin menyampaikan bahwa materi yang diberikan oleh puslitkoka sangatlah komprehensif, materi yang disampaikan sangat penting dalam menambah wawasan untuk bekal bagi bapak dan ibu dosen dalam membuat banyak program terkait kakao. Dr. Fitria menutup acara pelatihan budidaya dan pengolahan kakao, Puslitkoka sangat menyambut baik bapak dan ibu dosen untuk dapat berkunjung di Puslitkoka untuk melihat dan melakukan praktik secara langsung GAP yang dilakukan. Beliau juga menyampaikan bahwa Puslitkoka sangat menunggu kerjasama lanjutan yang baik dari departemen baik PKKM maupun program-program lainnya.

Tangkapan layar peserta pelatihan

 

Kontributor: Aryanis Mutia[:]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.