Gula Desa Wonogiri-Magelang Menuju Good Manufacturing Practices

Sabtu, 29 Oktober 2022 dilaksanakan pelatihan Teknik Pemasaran Digital Dengan Media Sosial serta pelatihan mengenai Prosedur dan Persyaratan Pemberian SPP-IRT. Kedua pelatihan ini sebagai rangkaian pengabdian kepada masyarakat berbasis pemanfaatan hasil penelitian dan penerapan teknologi tepat guna Universitas Gadjah Mada.
Desa Wonogiri secara administrasi termasuk wilayah di Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang Jawa Tengah, terdiri dari delapan dusun dengan jumlah penduduk 2.500 jiwa. Permasalahan yang dijumpai di desa tersebut cukup kompleks dan saling berkaitan antara lingkungan fisik lahan, permukiman, pengolahan hasil, dan pemasaran, yang berujung pada rendahnya kesejahteraan masyarakat. Permasalahan fisik wilayah yang dihadapi adalah ancaman bencana kekeringan, erosi, dan longsor baik di lahan pertanian maupun permukiman. Tanaman yang menjadi andalan sebagai penahan longsor di wilayah desa Wonogiri adalah tanaman kelapa dan aren. Berdasarkan analisis pada suatu daerah aliran sungai (DAS) Bompon seluas 295 hektar, kerapatan vegetasi kelapa 4-6 pohon/hektar. Oleh karena itu, salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk memanfaatkan tanaman kelapa supaya nilai tambah antara lain dengan mengolah nira kelapa menjadi gula.

Penyampaian materi oleh Dr. Sri Rayahoe


Produsen gula yang ada di desa Wonogiri sebagian besar tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT). Proses produksi gula kelapa dan aren dilakukan secara tradisional dengan peralatan yang sederhana berupa tungku pemasakan menggunakan panas dari pembakaran kayu bakar, wajan yang sebagian besar masih menggunakan wajan campuran besi, dan pengemasan menggunakan besek bambu. Kapasitas produksi setiap produsen rata-rata 4 – 5 kg gula cetak dengan harga Rp 13.000,- hingga 20.000,- /kg. Bahan baku nira untuk menghasilkan gula cetak tersebut sebanyak 25 – 30 liter nira per hari yang diambil dari 10 pohon kelapa. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan tahun 2020 dilaporkan bahwa proses produksi yang dilakukan produsen gula masih jauh dari penerapan Good Manufacturing Practices (GMP). Hal ini dapat dilihat dari dapur untuk produksi kurang higienis, potensi asap pembakaran mencemari aroma gula cetak (bau sangit), dan penggunaan peralatan belum food grade yang dapat menimbulkan cemaran logam. Pengemasan gula masih sederhana dengan membungkus gula menggunakan daun pisang kering kemudian dimasukkan di dalam besek, yang menyebabkan gula mudah lembek akibat penyerapan air. Pemasaran gula cetak juga masih terbatas di sekitar desa tersebut dan desa sekitarnya, produk diantar ke pedagang dan sebagian pedagang ada yang datang untuk mengambil gula di rumah produsen. Oleh karena itu, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM bersama dengan Pusat Studi Agroekologi dan Sumberdaya Lahan mendampingi KWT di desa Wonogiri mengangkat tema “Perbaikan Proses Produksi Gula Cetak Menuju Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) dan Diversifikasi Produk Gulasemut bagi Produsen Gula berbasis Nira Kelapa di Desa Wonogiri Kabupaten Magelang”.

Praktek pemotretan produk


Pada tahun 2021 telah dilaksanakan perbaikan dapur produksi sesuai dengan standar kesehatan menuju penerapan GMP. Setelah perbaikan kondisi produksi gula, maka diharapkan produk gula yang dihasilkan oleh KWT desa Wonogiri mendapatkan SPP-IRT sebagai bentuk jaminan kesehatan. Pemasaran diperluas dengan menggunakan teknik perdagangan saat ini (digital marketing). Kedua poin tersebut menjadi fokus program tahun 2022.

Praktek Membuat Toko Online dipandu Yanuar, STP owner Portal Sayur


Dr. Sri Rahayoe, STP., MP selaku ketua program menghadirkan Bapak Yanuar Reza Yulias, STP., owner Portal Sayur sekaligus sebagai konsultan tersertifikasi dan pendamping UMKM, menjadi pembicara yang memberikan materi secara komprehensif tentang pemasaran digital. Selain materi, Bapak Yanuar mengajak ibu-ibu anggota KWT langsung praktek pemasaran digital dengan menggunakan Whatsapp dan Facebook. Ibu Apt. Endaryanti Wulandari, S.Farm dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang menyampaikan materi terkait prosedur dan persyaratan pemberian SPP-IRT. Peserta pelatihan berjumlah 10 orang anggota dari KWT sangat antusias dalam menerima materi dari para narasumber dan berkesan dengan praktek pemasaran digital. Setelah pelatihan diharapkan para pelaku produsen gula KWT segera mendaftarkan produknya untuk mendapatkan SPP-IRT dari Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang. Sehingga pasar gula lebih luas dengan menggunakan teknik pemasaran digital yang sudah mencantumkan salah satu bentuk jaminan produk.

Kontributor: Ngadisih
Foto: Suparlan

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.