Menjaga Keberlanjutan Akuifer Airtanah dengan Sistem Irigasi Kabut Di Desa Wareng, Wonosari, Gunungkidul

Desa Wareng didominasi oleh sistem pertanian tadah hujan atau pertanian lahan kering. Salah satu hambatan yang cukup besar pada pertanian tadah hujan adalah keterbatasan ketersediaan air. Untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan air, petani Desa Wareng membangun beberapa sumur bor di lahan pertanian yang diambil dengan pompa listrik. Pemompaan yang berlebihan akan mengakibatkan penurunan muka airtanah yang bila terjadi terus menerus akan membahayakan lingkungan. Agar irigasi dengan pemompaan airtanah dapat dilaksanakan untuk meningkatkan hasil pertanian namun tidak membahayakan akuifer, maka pemberian air irigasi harus diatur baik frekuensi, durasi, maupun debit. Untuk itu perlu adanya sistem irigasi yang hemat dalam penggunaan air. Sehingga air irigasi yang digunakan tidak banyak terbuang. Oleh karena itu, Tim memandang perlunya pendampingan teknologi kepada masyarakat mengenai sistem irigasi hemat air.

Kegiatan Pengeboran Sumur Dalam di Desa Wareng

2 Oktober 2024, Tim Pengabdian kepada Masyarakat berbasis Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Penerapan Teknologi Tepat Guna Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, FTP, UGM mengadakan kegiatan sosialisasi dan diskusi di Desa Wareng, Kapanewon Wonosari, Gunungkidul. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan dari progam pengabdian masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam menjaga keberlanjutan akuifer airtanah dengan sistem irigasi hemat air dalam hal ini irigasi kabut. Tim pengabdian ini diketuai oleh Dr. Murtiningrum, STP., M.Eng dan beranggotakan yaitu Fathi Alfinur Rizqi, S.T.P, M.Sc dan Muhamad Khoiru Zaki, S.P., M.P., Ph.D. Kegiatan ini diawali dengan kunjungan ke lahan percontohan. Turut hadir pada kegiatan ini yaitu Lurah Desa Wareng beserta jajaran, Badan Penyuluh Pertanian Wonosari, dan Bapak-Bapak petani di Desa Wareng. Peserta dapat melihat langsung bagaimana sistem irigasi hemat air dalam hal ini sistem irigasi kabut yang diterapkan pada budidaya tanaman Bawang Merah.

Foto Bersama dengan para Stakeholder

Sosialisasi dilanjut dengan pemaparan mengenai Karakteristik Air Tanah Desa Wareng dan sekitarnya oleh Dr. Murtiningrum, STP., M.Eng. Selanjutnya pemaparan mengenai sistem irigasi kabut oleh Bapak Sumarna, beliau merupakan praktisi irigasi kabut dari Kelompok Tani Pasir Makmur Bantul. Kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab diskusi antara petani, Pemerintah Desa, dan Tim pengabdian.                                                                              Dengan kegiatan pengabdian ini diharapkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan airtanah  semakin meningkat dan tidak terjadi pemompaan yang berlebihan sehingga tidak mengakibatkan penurunan muka airtanah yang bila terjadi terus menerus akan membahayakan lingkungan. Diharapkan juga ada peningkatan hasil pertanian yang berpengaruh pada peningkatan pendapatan keluarga petani. Hal ini berkontribusi pada pencapaian SDG pertama yaitu desa tanpa kemiskinan. Di lain pihak, pemompaan airtanah dapat disesuaikan dengan daya dukung akuifer sehingga tidak terjadi pemompaan berlebih (over pumping) yang berbahaya bagi lingkungan. Hal ini berkontribusi pada pencapaian SDG Desa kelima belas yaitu desa peduli lingkungan darat.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.