
MAGELANG, 24 Juli 2025 – Hari ini menandai tiga tahun suksesnya program kolaborasi antara Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Yanmar Environmental Sustainability Support Agency (YESSA). Program ini fokus pada pengembangan agrowisata cerdas iklim (climate smart agrotourism) di Desa Sambak, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, yang kini telah menjelma menjadi desa percontohan Program Kampung Iklim (ProKlim).

Acara peringatan tiga tahun perjalanan ini diselenggarakan oleh Tim DTPB-YESSA bersama dengan Pemerintah Desa Sambak. Puncak acara dihadiri langsung oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Bupati Magelang, Bapak Grengseng Pamuji, beserta jajaran perangkat dinasnya. Turut hadir pula Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Budi Guntoro, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., Dekan Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., serta Ketua Departemen Teknik Pertanian FTP UGM, Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Sc. Selain itu, hadir pula perwakilan dari Universitas Muhammadiyah Magelang dan Universitas Tidar, menunjukkan dukungan luas terhadap kolaborasi ini.

Kepala Desa Sambak, Bapak Dahlan, dalam sambutannya menceritakan perjalanan panjang dari sebuah mimpi awal hingga Desa Sambak kini diakui sebagai desa Proklim (Program Kampung Iklim). “Ini adalah hasil kerja keras dan kolaborasi tak kenal lelah. Dulu hanya sebatas mimpi, kini Desa Sambak menjadi bukti nyata bahwa kesadaran lingkungan dan inovasi pertanian dapat bersatu mewujudkan desa yang mandiri dan berkelanjutan,” ujar Bapak Dahlan dengan bangga. Beliau juga mengharapkan dukungan kolaborasi dari pemerintah dan akademisi dalam kelanjutan dari program ini, mengukuhkan posisi Desa Sambak dalam menyangga nama Desa Prgram Kampung Iklim. rof. Budi Guntoro dari Fakultas Peternakan UGM menyampaikan apresiasinya atas model kolaborasi di Desa Sambak. Menurutnya, ini adalah bentuk sinergi ideal antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat yang bisa menjadi rujukan nasional.

Prof. Dr. Ir. Eni Harmayani, M.Sc., Dekan FTP UGM, menyampaikan apresiasinya yang tinggi atas sinergi antara YESSA dan DTPB UGM yang telah memasuki tahun keempat. “Kerja sama ini adalah contoh nyata bagaimana akademisi, masyarakat, dan lembaga swasta dapat berkolaborasi untuk menciptakan dampak positif yang berkelanjutan. Desa Sambak adalah laboratorium hidup di mana teori dan praktik bertemu untuk menghasilkan solusi nyata bagi tantangan iklim,” tuturnya.
Perwakilan dari YESSA, Prof. Morio Tsukada, memaparkan perkembangan signifikan Desa Sambak selama tiga tahun terakhir. Ia juga menekankan pentingnya kesadaran akan perubahan iklim bagi keberlanjutan sektor pertanian dan kehidupan masyarakat. “Perubahan iklim adalah tantangan global. Desa Sambak telah menunjukkan bagaimana komunitas lokal dapat beradaptasi dan mitigasi dampaknya melalui praktik pertanian cerdas dan pengembangan agrowisata,” kata tukas Prof. Tsukada

Dalam kesempatan tersebut, Bupati Magelang, Bapak Grengseng Pamuji, menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian Desa Sambak. “Desa Sambak telah menjadi desa teladan yang maju. Kami sangat mengapresiasi kolaborasi yang menjadikan akademik sebagai landasan dalam pembangunan Kabupaten Magelang, dimulai dari desa-desa seperti Sambak,” ungkap Bupati. Beliau menambahkan bahwa program ini sejalan dengan visi Pemerintah Kabupaten Magelang untuk menciptakan desa-desa yang mandiri, berketahanan, dan berwawasan lingkungan.

Prof. Lilik Sutiarso (Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM) menjelaskan bahwa keberhasilan Desa Sambak tidak terwujud secara individual, melainkan merupakan hasil dari sinergi kontribusi seluruh pemangku kepentingan. Beliau juga menambahkan bahwa memasuki tahun keempat, pengembangan Desa Sambak telah mendekati pemenuhan lima elemen utama climate-smart agrotourism, yaitu: sistem ekologi yang terjaga (Ecological Systems), pusat pembelajaran masyarakat (Center for Education), pengembangan pangan lokal (Local Food Development), elemen rekreasi dan edukasi (Entertainment and Recreation), serta infrastruktur pendukung (Infrastructure).

Keberhasilan program ini diharapkan tidak hanya berhenti setelah masa proyek kerja sama dengan YESSA selesai. Para pihak berharap program agrowisata cerdas iklim di Desa Sambak dapat terus berkelanjutan dan menjadi model bagi desa-desa lain. Kemandirian pengelolaan dan pengembangan inovasi lokal menjadi kunci utama untuk memastikan program ini tetap hidup dan berkembang di masa mendatang.
Program kolaborasi ini secara langsung berkontribusi pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya:
SDG 2 (Tanpa Kelaparan), melalui praktik pertanian berkelanjutan yang meningkatkan ketahanan pangan.
SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), dengan menciptakan peluang ekonomi baru melalui agrowisata.
SDG 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan), melalui pengembangan desa yang adaptif terhadap perubahan iklim.
SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dengan mendorong praktik pertanian ramah lingkungan.
SDG 13 (Penanganan Perubahan Iklim), melalui adopsi strategi cerdas iklim dan mitigasi emisi.
SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), yang merupakan inti dari kolaborasi antara DTPB UGM, YESSA, dan Pemerintah Desa Sambak.