Agricultural Engineering International Outreach (AEIO) 2025 yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATETA) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada sukses terselenggara pada Sabtu, 8 November 2025. Kegiatan berlangsung di Ruang 102 Fakultas Teknologi Pertanian UGM dan terhubung melalui Zoom Meeting untuk memfasilitasi kehadiran peserta internasional. Sebanyak 68 peserta dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti kegiatan secara luring dan daring, sementara sekitar 30 peserta berasal dari Malaysia, Thailand, dan Jepang. Komposisi peserta yang beragam ini mengukuhkan AEIO sebagai ruang interaksi global bagi mahasiswa teknik pertanian untuk membahas isu pertanian aktual lintas negara.
Pembukaan dan Pengantar Kegiatan
Rangkaian acara dimulai pukul 08.30 WIB dengan registrasi dan penempatan peserta sesuai kelompok diskusi. Panitia memastikan kesiapan teknis seperti audio, tampilan presentasi, dan pengaturan breakout room untuk menjamin pengalaman yang setara bagi seluruh peserta.
Acara resmi dibuka pukul 08.50 WIB oleh Master of Ceremony, dilanjutkan sambutan dari Ketua Panitia Irham Azizi Mahmudsyah, Ketua PERMATETA Hazel Kianda Alfarabi, Pembina PERMATETA Dr. Prieskarinda Lestari, S.T., IPM., serta Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Prof. Dr. Ir. Lilik Sutiarso, M.Eng., IPU. Para pimpinan menekankan pentingnya kolaborasi global untuk menjawab tantangan pertanian modern seperti ketahanan pangan, krisis regenerasi petani, perubahan iklim, dan transformasi digital.
Sesi dilanjutkan dengan pemaparan profil organisasi PERMATETA oleh Hazel Kianda Alfarabi, serta pengenalan profil Indonesia oleh Paula Yosephine Ayu Miranda Silalahi yang memaparkan karakteristik pertanian tropis, teknologi pertanian, dan posisi strategis Indonesia dalam isu agrikultur wilayah Asia.
Focus Group Discussion: Tiga Studi Kasus Lintas Negara
Inti kegiatan AEIO 2025 dilaksanakan melalui Focus Group Discussion (FGD) mulai pukul 09.50 WIB. Peserta dibagi ke dalam kelompok luring dan daring untuk membahas tiga studi kasus pertanian dari Indonesia, Malaysia, dan Jepang, yaitu:
-
Cassava Price Crisis in Lampung, Indonesia
Kelompok 1 dan 2 mengidentifikasi masalah rendahnya harga singkong akibat biaya produksi tinggi, lemahnya posisi tawar petani, minimnya inovasi pascapanen, serta akses terbatas terhadap teknologi. Solusi yang diusulkan meliputi diversifikasi produk berbasis singkong, pemanfaatan teknologi IoT, serta pemodelan contract farming berbasis blockchain untuk meningkatkan transparansi harga dan akses pasar. -
Rice Crisis and Flooded Paddy Fields in Kelantan & Terengganu, Malaysia
Kelompok 3 dan 4 membahas dampak banjir besar tahun 2024 yang menyebabkan kegagalan panen di ribuan hektare lahan. Peserta menekankan solusi teknis seperti irigasi berbasis IoT, varietas padi tahan genangan, instalasi Automatic Weather Station (AWS), serta pendanaan riset inovatif pertanian adaptif iklim, termasuk eksplorasi sea water rice. -
Challenges in Japan’s Agriculture: Labor Shortage and Climate Change
Kelompok 5 dan 6 menyoroti krisis tenaga kerja akibat mayoritas petani berusia lanjut. Usulan solusi mencakup edukasi berbasis teknologi, perluasan akses tenaga kerja asing, serta pemanfaatan AI dan robotik pertanian. Kolaborasi internasional direkomendasikan untuk mempercepat modernisasi pertanian Jepang.
Presentasi dan Rumusan Solusi AEIO 2025
Setelah sesi diskusi, seluruh kelompok mempresentasikan hasil FGD selama 30 menit. Kegiatan ini menghasilkan dokumen “Rumusan Solusi AEIO 2025”, yang berisi analisis masalah, rekomendasi inovatif, serta peluang kolaborasi akademik global. Rumusan mencakup peluang riset kolaboratif, pertukaran mahasiswa, hingga joint community service.
Peserta juga memperoleh penjelasan mengenai berbagai peluang mobilitas akademik seperti SUIJI Exchange Program, student mobility, dan skema credit earning.

Evaluasi Pelaksanaan dan Harapan Ke Depan
Evaluasi kegiatan menunjukkan bahwa penyelenggaraan AEIO 2025 berjalan lancar dan tepat waktu, dengan koordinasi panitia yang baik dan respons peserta yang aktif. Catatan perbaikan mencakup ketidaksesuaian antara jumlah pendaftar dan peserta Zoom, perbedaan perspektif yang memperpanjang durasi diskusi, serta perlunya peningkatan kualitas dokumentasi untuk tahun berikutnya.
Secara keseluruhan, AEIO 2025 dinilai berhasil memperluas jejaring global mahasiswa teknik pertanian serta meningkatkan kemampuan komunikasi dalam forum internasional. Menggabungkan pendekatan multidisipliner dan teknologi pertanian modern, kegiatan ini menjadi momentum penting bagi mahasiswa dalam memahami isu pertanian global dan memperkuat kontribusi mereka terhadap pembangunan pertanian berkelanjutan.
AEIO diharapkan terus berkembang dengan cakupan negara yang lebih luas, format diskusi yang lebih mendalam, serta keterlibatan institusi internasional yang semakin kuat pada tahun-tahun mendatang.
Kontributor: Rahma Indira Azzahra