[:id]Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem UGM Dampingi Kelompok Tani Tingkatkan Mutu Cokelat Lokal di Kalibawang, KulonProgo[:en]Department of Agricultural and Biosystem Engineering UGM Assists Farmer Groups to Improve Local Chocolate Quality in Kalibawang, KulonProgo[:]

[:id]

Yogyakarta, 4 Agustus, 2023 – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM mengunjugi kelompok tani Ngudi Rejeki dan Kelompok wanita tani sundul langit Banyaroyo untuk memberikan pelatihan pengolahan biji kakao menjadi cokelat terstandar. Pelatihan yang dikemas dalam bentuk pemaparan teknologi, diskusi, dan praktik langsung ini dilaksanakan di lokasi wisata edukasi taman kakao cokelat Banyaroyo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo.
Program Pengabdian Kepada Masyarakat berbasis pemanfaatan hasil penelitian dan penerapan teknologi tepat guna kembali digulirkan oleh Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) UGM dan menyasar usaha kecil menengah pengolah kakao-cokelat. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari strategi penguatan sektor hilirisasi cokelat nasional yang telah dilaksanakan Departemen dalam program PKKM Teknik Pertanian 2021 dan 2022.

Tim Pengabdian Masyarakat Bersama Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani

Sebagai Departemen yang memiliki visi menjadi pusat rujukan bidang teknik pertanian dan biosistem bereputasi internasional yang mendukung pembangunan agroindustri berkelanjutan dengan dijiwai nilai-nilai Pancasila, DTPB telah banyak terlibat dalam penelitian dan pemberdayaan masyarakat termasuk dalam pengembangan industri pengolahan kakao-cokelat produksi lokal. Sementara itu, taman kakao cokelat Kalibawang merupakan rumah produksi cokelat yang dikelola secara swadaya oleh kelompok tani Ngudi Rejeki dan Kelompok wanita tani sundul langit. Taman Kakao cokelat Kalibawang tidak hanya menawarkan produk olahan cokelat, tetapi juga mencoba mengintegrasikan sistem pertanian kakao yang ramah lingkungan dengan konsep wisata edukasi.
Secara Global, Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ke-8 di dunia. Sayangnya, produksi yang besar ini belum disertai dengan jumlah konsumsi cokelat olahan lokal yang memadai. Hal ini ditandai oleh data yang menunjukkan bahwa konsumsi cokelat perkapita di indonesia tidak lebih dari 0.4 kg / orang /tahun (Swiss Business Hub Indonesia, 2017), jauh di bawah negara-negara eropa yang nilainya di atas 5 kg, padahal beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki pohon kakao. Hal ini bisa disebabkan oleh kebun kakao di Indonesia masih dominan dimiliki oleh para petani-petani kecil yang sifatnya tersebar dan akses pengetahuan maupun teknologi pengolahan kakao-cokelat yang terstandar masih terbatas. Sehingga, pada akhrinya mutu kakao dan cokelat yang dihasilkan para petani belum bisa optimal dan daya saingnya menjadi rendah.
“Kami mengucapkan terimakasih kepada Pak Arifin dkk untuk kegiatan pengabdian masyarakat di taman kakao cokelat berupa pelatihan pengolahan cokelat yang baik dan terstandar. Selama ini memang kami masih memproduksi cokelat secara tradisional sehingga kualitasnya cukup flutuatif tergantung kondisi perasaan yang menggolah. Dengan adanya pelatihan ini dan selanjutnya kami berharap dapat meningkatkan kualitas produk kami sehingga lebih terstandar dan bisa diterima oleh kalangan yang lebih luas bahkan menjangkau dunia internasional” Kata Pak Johan Salbiyantoro, pengurus wisata taman kakao cokelat yang juga anggota kelompok tani Ngudi Rejeki.

Praktik roasting biji kakao


Menurut ketua rombongan tim, yang juga merupakan sekretaris departemen Teknik pertanian dan Biosistem, Dr. Arifin Dwi Saputro, pendampingan UMKM pada kelompok Tani ngudi rejeki dan kelompok wanita tani sundul langit didasarkan selain pada potensi pengembangan besar berupa keberadaan kebun kakao yang luas juga pada kendala pengolahan kakao cokelat yang masih dihadapi. Kendala yang dijumpai berupa proses roasting yang masih manual, refining atau pengecilan ukuran, dan yang tak kalah penting pada proses tempering dan pencetakan. Kendala tersebut muncul akibat belum dikuasai sepenuhnya teknik pengolahan kakao-cokelat sehingga mutu cokelat yang dihasilkan belum sempurna. Dengan pendampingan ini diharapkan mutu cokelat yang dihasilkan dapat menjadi lebih baik dan bisa diterima pasar sehingga meningkatkan perkonomian anggota kelompok tani ini.
Kegiatan penerapan teknologi tepat guna ini didukung sepenuhnya oleh direktorat pengabdian kepada masyarakat UGM. Acara ini juga dihadiri oleh anggota tim pengabdian kepada masyarakat fakultas teknologi pertanian lainnya, seperti Dr Arima Dyah Setyowati, Redika Ardi Kusuma MSi, Baiti Salsabila STP, Maulana Shodiq STP, dan Nina Pradnya STP.

Kontributor: Redika Ardi Kusuma




[:en]

Yogyakarta, August 4, 2023 – The Community Service Team, Department of Agricultural and Biosystems Engineering, Faculty of Agricultural Technology, UGM visited the Ngudi Rejeki farmer group and the Sundul Langit women farmer group to provide training on processing cocoa beans into standardized chocolate. The training, packaged in the form of technology presentation, discussion, and hands-on practice, was carried out at the educational tourism site of the Taman Kakao Cokelat Banyaroyo, Kalibawang District, Kulonprogo Regency.

The Community Service Program, based on the utilization of research results and the application of appropriate technology, has been rolled out again by the UGM Department of Agricultural and Biosystem Engineering and targets small and medium businesses that process cocoa chocolate. This activity is a follow-up to the strategy to strengthen the national cocoa downstream sector implemented by the Department in the 2021 and 2022 Agricultural Engineering PKKM programs.

Tim Pengabdian Masyarakat Bersama Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani

As a department that has a vision of becoming a reference center for internationally reputable agricultural and biosystem engineering that supports sustainable agro-industry development imbued with Pancasila values, The Department has been heavily involved in research and community empowerment including in the development of a locally produced cocoa-chocolate processing industry. Meanwhile, Taman Kakao Cokelat Kalibawang is a chocolate production house managed independently by the Ngudi Rejeki and Sundul Langit farmer groups. Taman kakao Cokelat Kalibawang not only offers processed chocolate products but also tries to integrate environmentally friendly cocoa farming systems with the concept of educational tourism.
Globally, Indonesia is the 8th largest cocoa producer in the world. Unfortunately, this enormous production has not been accompanied by adequate consumption of locally processed chocolate. This is indicated by data showing that per capita chocolate consumption in Indonesia is not more than 0.4 kg/person/year (Swiss Business Hub Indonesia, 2017), far below European countries whose value is above 5 kg, even though some don’t even have cacao trees. This could be since cocoa farms in Indonesia are still predominantly owned by small farmers who are dispersed in nature, and access to standardized cocoa-chocolate processing knowledge and technology still needs to be improved. So, in the end, the quality of cocoa and chocolate produced by farmers cannot be optimal, and their competitiveness could be higher.
“We would like to thank Dr Arifin et al. for the community service activities at the Taman Kakao Cokelat in the form of good and standardized chocolate processing training. So far, we are still traditionally producing chocolate, so the quality fluctuates depending on the feeling of the processing. With this training and what follows, we hope to improve the quality of our products so that they are more standardized and can be accepted by a wider audience and even reach the international world,” said Mr. Johan Salbiyantoro, administrator for the Taman kakao Cokelat who is also a member of the Ngudi Rejeki farmer group. 

Praktik roasting biji kakao

According to the team leader, who is also the secretary of the agricultural and biosystem engineering department, Dr. Arifin Dwi Saputro, mentoring to the Ngudi rejeki farmer group and Sundul Langit women farmer group is based not only on the excellent development potential in the form of the existence of extensive cocoa farms but also on the constraints of chocolate cocoa processing that are still being faced. Conditions were encountered in the form of the roasting process, which was still manual, refining or size reduction, and what was equally important was the tempering and printing processes. These obstacles arise because cocoa-chocolate processing techniques have yet to be fully mastered, so the quality of the chocolate produced could be better. With this assistance, the quality of the chocolate made will be better and acceptable to the market to improve the economy of the members of this farmer group.
The application of appropriate technology is fully supported by the UGM Community Service Directorate. The activity was also attended by other members of the community service team from faculty of agricultural technology, such as Dr. Arima Dyah Setyowati, Redika Ardi Kusuma MSi, Baiti Salsabila STP, Maulana Shodiq STP, and Nina Pradnya STP.

Contributor: Redika Ardi Kusuma

 

[:]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.