MISI HEMPAS : mitigasi Embun Upas di lahan pertanian Dieng Karya Mahasiswa Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP bersama mahasiswa Sekolah Vokasi UGM.
Beberapa hari terakhir di Bulan Juni ini, isu embun es di Dieng ramai dibicarakan di media sosial ataupun surat kabar. Embun es atau dalam bahasa ilmiah disebut sebagai embun upas, adalah fenomena yang terjadi pada musim kemarau karena suhu udara di bawah 0C. Bagi manusia, fenomena embun es menjadi hal menarik karena sesuatu yang jarang terjadi dan umumnya dijadikan momen wisata selfie. Namun, bagi tanaman sayuran seperti kentang, wortel, kubis, cabai, tomat; embun es adalah suatu bencana. Petani gagal panen karena kehadiran si embun es.
Ketika terjadi embun upas, umumnya para petani akan segera melakukan penyiraman pada lahan pertaniannya untuk mencairkan es yang menempel pada tanaman. Namun, penyiraman yang dilakukan petani akan menyebabkan kelebihan air pada tanah (drainage stress) dan meningkatkan potensi serangan hama dan penyakit tanaman. Karena jumlah air yang disiramkan melebihi kebutuhan air tanaman. Penyiraman pada tanaman muda menyebabkan kerusakan batang/cabang/daun, karena embun es dan pukulan air irigasi (sistem semprot) menambah beban tanaman. Di samping itu, penyiraman pada pagi hari sangat tergantung pada jam aktivitas petani. Untuk itu, diperlukan pemberian irigasi dengan debit kecil, lembut, dan sesuai dengan kebutuhan air tanaman.
Berdasarkan permasalahan di atas, 3 mahasiswa Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian (Kholishotul Ma’rifah, Setiyawati, Denis Tio Yudhistira) dan Sekolah Vokasi UGM (Muhammad Fiqi Rohman) memperkenalkan MISI HEMPAS (Mist Irrigation Pencegah Embun Upas Upaya Peningkatan Produktivitas Sayuran Kelompok Tani Tamansari) melalui kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa-Teknologi (PKM-T). Kelompok ini dimbimbing oleh Dr. Ngadisih, dosen DTPB.
Mitra dalam kegiatan ini adalah kelompok tani sayuran di sekitar Dieng. Secara administrasi, kelompok tani Tamansari berada di naungan Desa Leksana Kecamatan Karangkobar kabupaten Banjarnegara. Anggota kelompok tani tercatat 23 orang dan semuanya berprofesi sebagai petani sayuran.
Pemasangan alat di lahan pertanian dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Juni 2019. Lahan milik Sugiyanto, anggota kelompok Tamansari, akan dijadikan uji coba tim MISI HEMPAS. Komoditi yang dibudidayakan adalah cabai. Satu petak lahan berukuran 2 m x 3 m akan diberi irigasi sprinkle otomatis, sedangkan 1 petak yang lainnya akan diberi perlakukan kontrol (irigasi siram manual). Varietas tanaman, pengolahan tanah, pemupukan pemeliharan pada kedua petak lahan tersebut adalah sama, sehingga hanya manipulasi teknik penyiraman. Biaya produksi dan penerimaan dari panen untuk kedua petak lahan akan diperbandingkan. Rasio penerimaan dan biaya (B/C) yang lebih tinggi diharapkan dapat diperoleh pada petak lahan yang diberi perlakuan irigasi sprinkle otomatis.
Sistem irigasi sprinkle otomatis dibuat dengan menggunakan pompa air untuk mengalirkan air dari tampungan. Pompa air dihubungkan ke mikrokontroler bebasis Arduino Uno dengan menggunakan sensor DHT11 untuk membaca suhu dan kelembaban udara lingkungan. Pada bagian mode otomatisnya digunakan relay 1 pin yang berfungsi sebagai saklar yang dihubungkan antara pompa dengan mikrokontroler. Rangkaian irigasi sprinkle telah diuji di laboratorium Teknik Sumberdaya Lahan dan Air FTP UGM dan menunjukkan keseragaman tetesan 80%. Sistem irigasi sprinkle disetting menyala (on) ketika suhu udara mencapai kurang dari 10C dan kelembaban udara lebih dari 80% dan mati (off) ketika suhu udara lebih dari 10C kelembaban udara kurang dari 80%.
Kontributor: Ngadisih