Rabu, 3 Februari 2021 sepuluh petani muda Selopamioro belajar teknik budidaya tanaman singkong. Dr. Tri Harjaka, SP., MP, dosen di Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian UGM, mendampingi mereka untuk mengoptimalkan produksi singkong di lahan tadah hujan. Lurah Selopamioro, Drs. Sugeng menyampaikan bahwa singkong adalah tanaman utama di lahan tadah hujan Selopamioro. Singkong ini dijual dalam bentuk segar dan jumlahnya berlimpah pada saat panen raya (Agustus-September). Selama 5 tahun terakhir, harga singkong sangat murah sehingga petani kurang berminat mengembangkannya.
Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem bersama dengan BUMN Kliring Berjangka Indonesia (KBI) mendampingi masyarakat Selopamioro dalam pengembangan pangan lokal, salah satunya singkong. Kelompok Wanita Tani berinovasi olahan singkong yang berupa singkong beku, tiwul instan, dan keripik. Produk KWT ini menjadi menu utama di tempat wisata Selopamioro seperti Bukit Dermo, Selopark, dan Viaverata. Dalam perkembangannya, KWT mengahadapi kendala dalam ketersediaan bahan baku singkong. Singkong yang dibudidayakan masyarakat memiliki kualitas (rasa) yang beragam dan kelangkaan pada bulan-bulan tertentu. Oleh karena itu, pelatihan dan pendampingan budidaya singkong kepada petani khususnya petani muda didesain untuk mengatasi permasalahan kontinuitas bahan baku singkong.
Staf pengajar dari bidang teknik sumberdaya lahan dan air Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM berpartisipasi aktif dalam pelatihan dan pendampingan petani singkong Selopamioro. Mereka adalah Dr. Murtiningrum, Dr. Hanggar Ganara Wawandha, Dr. Ngadisih, dan Ing. Rose Tirtalistyani. Acara pelatihan dan pendampingan dibuka oleh Prof. Lilik Sutiarso selaku Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM.
Kontributor: Ngadisih
Foto: Mukhoirotul