[:id]Pada hari kamis, 22 Juli 2021, Departemen Teknik pertanian dan Biosistem menyelenggarakan seri pertama dari serial workshop bertajuk Kakao Indonesia, Potensi dan Permasalahan pada Sektor Budidaya dan Paskapanen. Serial workshop ini merupakan bagian dari Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Prodi Teknik Pertanian FTP UGM tahun 2021. Program Studi Teknik Pertanian UGM merupakan salah satu penerima prodi Hibah PKKM dari kemenristek DIKTI. Tema yang diangkat pada program PKKM Prodi Teknik Pertanian UGM adalah Pengembangan Pusat Agroindustri Kakao Berbasis Smart Farming.
Pada seri pertama, pemateri yang diundang adalah Bpk. Hendy Firmanto, ST., M.Sc, peneliti kopi dan kakao dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA), Jember. Beliau menyampaikan materi terkait potensi dan permasalahan kakao pada sektor budidaya. Dari pemaparan beliau, kualitas produksi kakao dari petani Indonesia masih tergolong rendah. Salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan bibit unggul dan pemenuhan kebutuhan tanaman kakao saat budidaya. Pemateri kedua pada seri pertama ini adalah Dr. Ratri Retno Utama, dari Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP), Makasar. Dr. Ratri merupakan seorang ahli dibidang Fermentasi dan Pengolahan Kakao. Topik yang dipaparkan terkait Potensi dan Permasalahan Kakao pada Tahap Pascapanen. Dalam pemaparannya, Dr. Ratri menyoroti permasalahan kakao Indonesia yang masih rendah karena kebanyakan petani tidak melakukan pengolahan pascapanen pada hasil budidaya kakao. Kebanyakan hasil panen dari petani langsung dijual setalah panen.
Dalam serial workshop online ini, Diskusi dipimpin langsung oleh Dr. Arifin Dwi Saputra, Akademisi dari Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem yang memiliki keahlian dalam bidang proses pengolahan Kakao dan Cokelat. Dalam sesi diskusi, beberapa peserta diskusi menyoroti ketersediaan bibit unggul kakao untuk pertanian kakao Indonesia dan bagaimana komoditas cokelat belum menjadi produk yang dikampanyekan dengan baik seperti di belgia dimana cokelat menjadi komoditas unggulan pariwisata dengan nilai jual yang tinggi. Tingkat konsumsi cokelat juga masih rendah sehingga nilai jual di tingkat petani juga masih belum menggembirakan. Namun, pertumbuhan bisnis kakao dari tahun-ke tahun cukup menjanjikan sehingga diprediksi kedepannya kakao dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan untuk ekspor.
Video Rekaman Workshop PKKM Seri Pertama
Kontributor: Makbul Hajad[:en]Pada hari kamis, 22 Juli 2021, Departemen Teknik pertanian dan Biosistem menyelenggarakan seri pertama dari serial workshop bertajuk Kakao Indonesia, Potensi dan Permasalahan pada Sektor Budidaya dan Paskapanen. Serial workshop ini merupakan bagian dari Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) Prodi Teknik Pertanian FTP UGM tahun 2021. Program Studi Teknik Pertanian UGM merupakan salah satu penerima prodi Hibah PKKM dari kemenristek DIKTI. Tema yang diangkat pada program PKKM Prodi Teknik Pertanian UGM adalah Pengembangan Pusat Agroindustri Kakao Berbasis Smart Farming.
Pada seri pertama, pemateri yang diundang adalah Bpk. Hendy Firmanto, ST., M.Sc, peneliti kopi dan kakao dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (PUSLITKOKA), Jember. Beliau menyampaikan materi terkait potensi dan permasalahan kakao pada sektor budidaya. Dari pemaparan beliau, kualitas produksi kakao dari petani Indonesia masih tergolong rendah. Salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan bibit unggul dan pemenuhan kebutuhan tanaman kakao saat budidaya. Pemateri kedua pada seri pertama ini adalah Dr. Ratri Retno Utama, dari Balai Besar Industri Hasil Perkebunan (BBIHP), Makasar. Dr. Ratri merupakan seorang ahli dibidang Fermentasi dan Pengolahan Kakao. Topik yang dipaparkan terkait Potensi dan Permasalahan Kakao pada Tahap Pascapanen. Dalam pemaparannya, Dr. Ratri menyoroti permasalahan kakao Indonesia yang masih rendah karena kebanyakan petani tidak melakukan pengolahan pascapanen pada hasil budidaya kakao. Kebanyakan hasil panen dari petani langsung dijual setalah panen.
Dalam serial workshop online ini, Diskusi dipimpin langsung oleh Dr. Arifin Dwi Saputra, Akademisi dari Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem yang memiliki keahlian dalam bidang proses pengolahan Kakao dan Cokelat. Dalam sesi diskusi, beberapa peserta diskusi menyoroti ketersediaan bibit unggul kakao untuk pertanian kakao Indonesia dan bagaimana komoditas cokelat belum menjadi produk yang dikampanyekan dengan baik seperti di belgia dimana cokelat menjadi komoditas unggulan pariwisata dengan nilai jual yang tinggi. Tingkat konsumsi cokelat juga masih rendah sehingga nilai jual di tingkat petani juga masih belum menggembirakan. Namun, pertumbuhan bisnis kakao dari tahun-ke tahun cukup menjanjikan sehingga diprediksi kedepannya kakao dapat dijadikan sebagai komoditas unggulan untuk ekspor.
Video Rekaman Workshop PKKM Seri Pertama
Kontributor: Makbul Hajad[:]