Bagaimana rasanya tinggal di Pulau yang pernah menjadi tempat pengasingan sastrawan besar Pramoedya Ananta Toer? Lisa, Mahasiswa Departemen Teknik Pertanian & Biosistem (TPB) 2021 akan menjawabnya dengan kisahnya bersama tim KKN PPM UGM Buru Basudara.
Tinggal di negeri timur Indonesia bagaikan dimanja oleh ibu, sumber daya alamnya melimpah ruah tanpa ada yang kurang. Aktivitas sehari-hari hanya berkebun dan menjemur pala serta cengkeh atau pergi melaut dalam rangka mencari ikan. Setiap hari disuguhi pemandangan pantai dan paduan langit jingga ketika senja. Rasa-rasanya, hasil laut dan kebun lebih dari cukup untuk kehidupan saat ini, esok dan seterusnya.
Akan tetapi, kelimpahan sumber daya tersebut meninggalkan limbah yang belum cukup terkelola dengan baik oleh masyarakatnya. Tempurung kelapa misalnya, di sini banyak berserakan tempurung kelapa mulai dari pekarangan rumah hingga pinggir pantai. Berangkat dari tema besar Tim Buru Basudara 2024, “Optimalisasi Potensi Sumber Daya Alam dan Pengembangan Infrastruktur di Desa Air Buaya, Waemangit dan Waepure, Kecamatan Air Buaya, Kabupaten Buru, Maluku”, Lisa Astiana mahasiswa dari TPB 2021 mengusung program kerja Pembuatan Biobriket dari Tempurung Kelapa.
Biobriket ialah bahan bakar padat yang terbuat dari arang biomassa hasil pertanian baik berupa bagian yang sengaja dijadikan bahan baku briket maupun sisa atau limbah proses produksi pengolahan agroindustri. Pada program kerja ini digunakan bahan baku berupa limbah tempurung kelapa karena tersedia banyak di Desa Waemangit dan masyarakatnya belum bisa mengelolanya dengan baik. Praktek pembuatan biobriket tempurung kelapa ini dilaksanakan pada Selasa, 23 Juli 2024 pukul 20.00 WIT yang bertempat di Kantor Desa Waemangit. Masyarakat yang datang cukup antusias menyimak penjelasan materi karena biobriket ini merupakan hal baru bagi mereka. Beberapa warga maju ke depan untuk mendemonstrasikan pembuatan biobriket yaitu Bapak Saleh dan Bapak Hamid. Beliau bergantian mencampurkan serbuk arang tempurung kelapa dengan tepung maizena dan mencetaknya sehingga menjadi biobriket yang siap dikeringkan.
Selain mengolah limbah pertanian, Lisa mencoba menggali potensi pengolahan komoditas lokal Desa Waemangit yaitu singkong. Program kerja yang diusung yaitu Sosialisasi dan Praktek Pembuatan Tepung Mocaf dari Singkong. Program kerja tersebut telah dilaksanakan pada Selasa, 16 Juli 2024 dengan peserta Ibu-ibu pengajian Al Hidayah Desa Waemangit. Singkong menjadi sumber karbohidrat yang dapat dikonsumsi langsung maupun diolah menjadi makanan lain. Tepung Mocaf merupakan olahan tepung dari singkong melalui proses fermentasi, tepung mocaf juga menjadi hal baru bagi sebagian besar ibu-ibu Desa Waemangit. Mereka cukup antusias memperhatikan dan turut melakukan praktek pembuatan tepung mocaf, salah satu peserta yaitu Ibu Yati ikut memotong singkong yang akan difermentasi.
Untuk keseruan kisah-kisah KKN di Pulau Buru lainnya, simak di instagram @burubasudara, ya!