Meski ujung tahun dan jarak utara selatan, tokoh masyarakat dan kepala desa di kawasan pegunungan Menoreh dan Sumbing Kabupaten Magelang tetap semangat belajar. Mereka adalah peserta pelatihan “Peran Desa dalam Kelestarian Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang. Pelatihan diselenggarakan pada bulan Agustus dan September selama 3 hari dengan salah satu narasumber Dr. Eng. Ngadisih, STP., M.Sc.
Alih fungsi hutan ke pertanian tembakau dan sayuran di kawasan Menoreh dan Sumbing berpotensi menimbulkan kerusakan lahan karena erosi. Masyarakat merasakan adanya perubahan lingkungan. Air menjadi problem pada kegiatan pertanian. Pada saat kemarau, produksi pertanian berkurang karena kekeringan. Bahkan beberapa desa harus mengandalkan bantuan air dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk kebutuhan domestik. Sedangkan pada musim penghujan, aliran permukaan berlebihan yang memicu longsor dan banjir. Masyarakat desa dibawah koordinasi pemerintah desa berkomitmen untuk mengembalikan keseimbangan siklus hidrologi di Menoreh dan Sumbing. Mereka belajar dari Desa Selopamioro, bagaimana memanen air di saat musim penghujan dan menggunakannya untuk irigasi lahan pertanian.
Pemerintah desa Selopamioro dibawah koordinasi Kasie Pelayanan Umum, Danang Kumorodjati, mendampingi warga Menoreh dan Sumbing. Lokasi yang dijadikan rujukan adalah kebun buah Nawungan yang didalamnya menerapkan rorak dan agroforestri berbasis tanaman buah. Selain itu, peserta diajak untuk melihat embung Song Bolong dan Seloadventurepark. Dalam perbincangan pseserta, mereka lebih paham materi yang disampaikan oleh Dr.Eng. Ngadisih setelah kunjungan ke Selopamioro.
Kontributor: Ngadisih
Meski ujung tahun dan jarak utara selatan, tokoh masyarakat dan kepala desa di kawasan pegunungan Menoreh dan Sumbing Kabupaten Magelang tetap semangat belajar. Mereka adalah peserta pelatihan “Peran Desa dalam Kelestarian Lingkungan” yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Magelang. Pelatihan diselenggarakan pada bulan Agustus dan September selama 3 hari dengan salah satu narasumber Dr. Eng. Ngadisih, STP., M.Sc.
Alih fungsi hutan ke pertanian tembakau dan sayuran di kawasan Menoreh dan Sumbing berpotensi menimbulkan kerusakan lahan karena erosi. Masyarakat merasakan adanya perubahan lingkungan. Air menjadi problem pada kegiatan pertanian. Pada saat kemarau, produksi pertanian berkurang karena kekeringan. Bahkan beberapa desa harus mengandalkan bantuan air dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) untuk kebutuhan domestik. Sedangkan pada musim penghujan, aliran permukaan berlebihan yang memicu longsor dan banjir. Masyarakat desa dibawah koordinasi pemerintah desa berkomitmen untuk mengembalikan keseimbangan siklus hidrologi di Menoreh dan Sumbing. Mereka belajar dari Desa Selopamioro, bagaimana memanen air di saat musim penghujan dan menggunakannya untuk irigasi lahan pertanian.
Pemerintah desa Selopamioro dibawah koordinasi Kasie Pelayanan Umum, Danang Kumorodjati, mendampingi warga Menoreh dan Sumbing. Lokasi yang dijadikan rujukan adalah kebun buah Nawungan yang didalamnya menerapkan rorak dan agroforestri berbasis tanaman buah. Selain itu, peserta diajak untuk melihat embung Song Bolong dan Seloadventurepark. Dalam perbincangan pseserta, mereka lebih paham materi yang disampaikan oleh Dr.Eng. Ngadisih setelah kunjungan ke Selopamioro.
Kontributor: Ngadisih