[:id]Pada tanggal 8-12 November 2021 dilaksanakan Sekolah Lapang Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kebun Buah Nawungan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Pemkab Bantul. Pada kegiatan tersebut dua orang dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB), yaitu Dr. Ngadisih, STP., M.Sc dan Hanggar Ganara Mawandha, ST., M.Eng., Ph.D menjadi narasumber.
Kelompok tani Lestrai Mulyo sebagai pengelola Kebun Buah Nawungan Desa Selopamioro Imogiri Bantul telah didampingi DTPB Fakultas Teknologi Pertanian UGM sejak tahun 2015. Bibit tanaman buah tropis: durian, kelengkeng, rambutan, alpukat, dan sirsak telah dibudidayakan oleh kelompok tani di lahan seluas 35 Ha pada tahun 2013. Tanaman buah-buahan tersebut telah berproduksi 4 tahun yang lalu, memberikan pendapatan tambahan kepada petani Nawungan. Selain aspek ekonomi, tanaman buah-buahan ini sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi degradasi lahan kering di daerah berlereng. Degradasi lahan karena erosi oleh pertanian hortikultura seperi cabai, bawang merah, kacang tanah, dan sayuran pada musim musim penghujan. Kanopi atau tajuk tanaman buah-buahan akan mengurangi energi kinetik hujan, sebagai pelindung lapisan atas tanah dari erosi. Prinsip-prinsip konservasi tanah dan air inilah yang disampaikan oleh Dr. Ngadisih, STP., M.Sc dan Hanggar Ganara Mawandha, ST., M.Eng., Ph.D kepada petani peserta Sekolah Lapang. Agroforestri berbasis tanaman buah-buahan di Nawungan hanya 1 dari sekian cara melestarikan tanah dan air. Hanggar Ganara Mawandha, ST., M.Eng., PhD memaparkan berbagai cara untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan dengan teknologi konservasi tanah dan air. Pada akhir sesi, Dr. Ngadisih mengajak petani untuk melestarikan budaya bertani ramah lingkungan yang telah dijalankan petani selama ini. Pesannya “mari kita wariskan mata air kepada anak cucu, bukan air mata” karena kerusakan sistem tanah dan air.
Kontributor: Ngadisih[:en]Pada tanggal 8-12 November 2021 dilaksanakan Sekolah Lapang Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani Kebun Buah Nawungan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Pemkab Bantul. Pada kegiatan tersebut dua orang dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB), yaitu Dr. Ngadisih, STP., M.Sc dan Hanggar Ganara Mawandha, ST., M.Eng., Ph.D menjadi narasumber.
Kelompok tani Lestrai Mulyo sebagai pengelola Kebun Buah Nawungan Desa Selopamioro Imogiri Bantul telah didampingi DTPB, Fakultas Teknologi Pertanian UGM sejak tahun 2015. Bibit tanaman buah tropis: durian, kelengkeng, rambutan, alpukat, dan sirsak telah dibudidayakan oleh kelompok tani di lahan seluas 35 Ha pada tahun 2013. Tanaman buah-buahan tersebut telah berproduksi 4 tahun yang lalu, memberikan pendapatan tambahan kepada petani Nawungan. Selain aspek ekonomi, tanaman buah-buahan ini sebagai bentuk adaptasi dan mitigasi degradasi lahan kering di daerah berlereng. Degradasi lahan karena erosi oleh pertanian hortikultura seperi cabai, bawang merah, kacang tanah, dan sayuran pada musim musim penghujan. Kanopi atau tajuk tanaman buah-buahan akan mengurangi energi kinetik hujan, sebagai pelindung lapisan atas tanah dari erosi. Prinsip-prinsip konservasi tanah dan air inilah yang disampaikan oleh Dr. Ngadisih, STP., M.Sc dan Hanggar Ganara Mawandha, ST., M.Eng., PhD kepada petani peserta Sekolah Lapang. Agroforestri berbasis tanaman buah-buahan di Nawungan hanya 1 dari sekian cara melestarikan tanah dan air. Hanggar Ganara Mawandha, ST., M.Eng., PhD memaparkan berbagai cara untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan dengan teknologi konservasi tanah dan air. Pada akhir sesi, Dr. Ngadisih mengajak petani untuk melestarikan budaya bertani ramah lingkungan yang telah dijalankan petani selama ini. Pesannya “mari kita wariskan mata air kepada anak cucu, bukan air mata” karena kerusakan sistem tanah dan air.
Kontributor: Ngadisih[:]