Focus Group Discussion Pengembangan Local Knowledge Pada Produksi Kakao dalam Rangka Pelaksanaan Program Kompetisi Kampus Merdeka Teknik Pertanian

[Yogyakarta, 10 Oktober 2022] Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem (DTPB) Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Pengembangan Local Knowledge Pada Produksi Kakao”. FGD ini merupakan rangkaian dari implementasi Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) program studi Teknik Pertanian tahun 2022 yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan Kakao di Indonesia. FGD diikuti oleh sekitar 150 orang peserta secara daring dan luring dari unsur pemerintah dan pemerintah daerah, kelompok tani, pelaku usaha, serta akademisi dan peneliti.

Suasana FGD



Dalam sambutan pembukaannya, Prof. Dr. Lilik Sutiarso menyampaikan dalam pelaksanaan PKKM sejak 2021 telah diidentifikasi berbagai masalah dalam pengembangan kakao menjadi cokelat. Lebih lanjut Prof. Lilik mengatakan bahwa DTPB ingin membawa industri kakao Indonesia sejajar dengan negara produsen cokelat dunia. Masukan-masukan dari FGD nanti akan dibawa ke sebagai materi lokakarya yang akan diselenggarakan dalam 3 seri untuk mendapatkan rekomendasi dan solusi.

Moderator FGD online


Dalam pelaksanaan FGD peserta dibagi menjadi 2 topik yaitu topik 1 meliputi aspek hulu dari budidaya termasuk aspek lahan dan air dan topik 2 yang meliputi aspek pemanenan, pasca panen, dan pengolahan. Bertindak selaku moderator pada topik 1 kelompok offline Muhamad Khoiru Zaki, Ph.D sedangkan Dr. Radi memandu diskusi topik 1 kelompok online. Pada topik 2 bertindak sebagai moderator Siti Mariyam, M.Sc, dan Redika Ardi Kusuma, M.Si masing-masing pada kelompok offline dan online.

Suasana FGD


Dari diskusi topik 1 dicatat bahwa secara umum keunggulan kompetitif untuk biji Sulawesi terletak pada kemampuannya untuk memasok biji curah dalam jumlah besar dengan biaya yang lebih rendah, misalnya pengolahan dalam skala sektor manufaktur. Disisi lain, potensi implementasi cacao bean to bar sangatlah mumpuni dalam budidaya kakao di Pulau Jawa. Namun masalah budidaya dihadapkan kepada gap rantai budidaya, dan produktivitas yang menurun, alih fungsi lahan, teknik budidaya metode multikultur dan profesional, kejelasan fungsi kelembagaan dan revitalisasi SDM. Masalah yang sama terjadi di daerah Kalimantan Tengah yakni walaupun memiliki lahan yang luas, yakni sekitar 2800 hektar, namun produktivitas rendah. Selain itu, komoditas diproduksi hanya biji kering saja karena Kalimantan Tengah tidak memiliki teknologi pascapanen yang memadai.

Diskusi topik 2 mencatat tiga issue. Pertama, kesulitan pemenuhan bahan baku dari produksi biji kakao dari kebun petani karena alih fungsi lahan dan permasalahan budidaya. Kedua, para petani belum sepenuhnya (masih sedikit) yang melaksanakan fermentasi biji kakao. Ketiga, adanya persaingan perolehan biji kakao dari para petani (contoh: biji kakao digunakan sebagai bahan kosmetik dan ekstraksi polifenol). Terakhir, keterbatasan SDM yang terlatih dalam bidang pasca panen dan pengolahan biji kakao.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.